Walkot Sibolga Sempat Hilang setelah Jalan Kaki 3 Hari Lewati Area Longsor

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Wali Kota Sibolga, Akhmad Syukri Nazri Penarik, sempat menjadi sorotan setelah dilaporkan menghilang saat bencana tanah longsor melanda wilayah tersebut. Namun ternyata, Akhmad tidak hilang melainkan melakukan perjalanan darat selama tiga hingga empat hari dengan berjalan kaki menuju Sibolga, menembus area yang terdampak longsor.

Kabar terbaru menyebutkan bahwa Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, telah berhasil berkomunikasi langsung dengan Wali Kota Sibolga. Dalam percakapan tersebut, Suharyanto memastikan bahwa kondisi Akhmad dalam keadaan sehat dan selamat, meskipun terlihat kelelahan akibat perjalanan panjang yang dilaluinya.

“Saat komunikasi tadi, alhamdulillah beliau dalam keadaan baik, sehat walafiat, hanya mungkin sedikit kelelahan,” ujar Suharyanto kepada detikSumut, Jumat (28/11/2025).

Dari percakapan yang terjalin, terlihat jelas bahwa Akhmad mengalami keletihan fisik, namun kondisi wajahnya masih tampak segar. Suharyanto pun menyarankan agar Akhmad segera beristirahat setelah menempuh perjalanan yang melelahkan. “Dia masih muda, kelihatannya capek, tapi mukanya segar. Saya bilang, ‘Ya sudah Pak Wali, besok saja kita ketemu, istirahat dulu.’ Beliau menjawab, ‘Saya jalan kaki, Pak, empat hari’,” tutur Suharyanto.

Akhmad terpaksa melakukan perjalanan kaki karena terjebak di rute yang terputus akibat longsor, tepatnya di jalur antara Sibolga dan Tarutung. Jalur ini saat ini sedang dalam proses penanganan dan dibuka kembali oleh tim penanggulangan bencana. Suharyanto menargetkan agar jalur tersebut dapat tembus sepenuhnya pada hari berikutnya.

Sebelum kabar ini muncul, sempat beredar informasi bahwa Akhmad tidak bisa dihubungi selama beberapa hari. Ketua DPP NasDem, Bakhtiar Akhmad Sibarani, sebelumnya melaporkan bahwa Akhmad Syukri terakhir kali mengirim pesan pada Selasa (25/11/2025), sebelum komunikasi terputus akibat bencana.

Perjalanan kaki yang dilakukan Akhmad menuju Sibolga menjadi simbol ketangguhan dan komitmen seorang pemimpin daerah di tengah musibah. Aksinya menunjukkan kesigapan dan kedekatan dengan masyarakat yang sedang tertimpa bencana.

Studi kasus penanganan bencana di Sibolga menunjukkan pentingnya kesiapsiagaan infrastruktur dan komunikasi darurat di daerah rawan bencana. Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) 2024 mencatat Sumatera Utara masuk 10 besar provinsi dengan risiko longsor tertinggi, terutama saat musim hujan. Infografis dari Peta Risiko Bencana Nasional 2023 menunjukkan Sibolga dan sekitarnya berada di zona kuning-hijau, artinya potensi longsor sedang hingga tinggi.

Kepemimpinan di tengah krisis bukan soal gaya, tapi ketangguhan. Ketika jalan terputus dan komunikasi terhenti, ada pemimpin yang memilih berjalan kaki demi kembali kepada rakyatnya. Itulah teladan yang tak tergantikan—dalam langkah-langkah lelahnya, ada semangat yang tak pernah surut. Jadilah seperti itu: hadir di saat paling gelap, bukan hanya dengan kata, tapi dengan jejak yang nyata di tanah yang retak.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan