Dari Pesantren ke Ruang Pelayanan Jemaah: H Husna Mustopa Pimpin Kemenag Haji dan Umrah Kota Tasikmalaya

Kota Tasikmalaya memulai era baru dalam pengelolaan layanan ibadah haji dan umrah dengan pelantikan H. Husna Mustopa sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama bidang Haji dan Umrah Kota Tasikmalaya. Acara pengambilan sumpah jabatan digelar di sebuah aula sederhana yang dipenuhi nuansa kekhusyukan dan doa-doa tulus dari para hadirin.

H. Husna Mustopa, yang dikenal dengan kerendahan hati dan senyum khasnya, menerima surat keputusan pelantikan sebagai amanah besar sekaligus kepercayaan yang harus dijaga. Baginya, jabatan ini bukan hanya soal birokrasi, tetapi tentang menjaga harapan ribuan calon jemaah haji asal kota santri ini untuk menunaikan rukun Islam kelima.

Suasana khidmat terasa sepanjang prosesi. Para ulama, pejabat pemerintah daerah, serta perwakilan lembaga pendidikan Islam hadir memberikan dukungan moral. Mereka menyaksikan momen penting yang menjadi penanda komitmen baru dalam pelayanan haji yang lebih responsif dan berpihak pada jemaah.

Latar belakang Husna yang tumbuh di lingkungan pesantren membentuk kedekatannya dengan masyarakat. Ia bukan figur asing dalam ranah pelayanan ibadah. Selama bertahun-tahun, ia aktif turun langsung ke lapangan, mengecek kelengkapan dokumen jemaah, memantau pelatihan manasik, hingga meluangkan waktu mendengarkan keluhan calon haji yang kesulitan memahami prosedur administrasi.

Salah satu prinsip yang kerap ia sampaikan dalam forum-forum kecil: “Kalau urusan haji itu bukan soal seberapa cepat selesai, tapi seberapa tenang jemaah dijalani.” Prinsip ini mencerminkan pendekatan humanis yang selalu ia usung.

Tantangan ke depan tidak ringan. Kota Tasikmalaya tercatat memiliki animo tinggi terhadap ibadah haji, ditandai dengan jumlah pendaftar yang masif dan antrean keberangkatan yang panjang. Di tengah kondisi ini, ekspektasi masyarakat terhadap pelayanan yang cepat, transparan, dan ramah semakin meningkat.

H. Husna menekankan perlunya transformasi layanan dari yang semula kaku menjadi lebih membumi. Ia berkomitmen membangun sistem pelayanan terpadu yang transparan, didukung kolaborasi erat antara pemerintah daerah, ormas Islam, dan lembaga pendidikan keagamaan. Sinergi ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas manasik dan literasi keagamaan jemaah secara signifikan.

Bagi Husna, pelayanan haji bukan hanya urusan administratif tahunan, melainkan perjalanan spiritual yang harus dijaga dari awal hingga akhir. “Pelayanan haji bukan hanya ritual tahunan. Ini perjalanan spiritual umat. Kita harus mengawal dari awal, bukan hanya melepas keberangkatan,” tegasnya.

Di luar ruangan pelantikan, sejumlah calon jemaah yang hadir nampak berseri-seri. Mereka mempercayai bahwa dengan kepemimpinan baru ini, proses ibadah haji akan lebih lancar, transparan, dan penuh dengan nuansa kekeluargaan.

Data Riset Terbaru 2024 dari Kementerian Agama Republik Indonesia menunjukkan bahwa daerah Jawa Barat, termasuk Tasikmalaya, menjadi salah satu penyumbang jemaah haji terbesar dengan tingkat kepuasan pelayanan meningkat 23% pasca-reformasi sistem terpadu. Studi dari UIN SGD Bandung (2023) juga mencatat bahwa pendekatan humanis dalam pendampingan calon jemaah mampu menurunkan tingkat stres hingga 35% selama proses administrasi.

Infografis sederhana dari hasil survei lapangan di 15 kecamatan menunjukkan bahwa 78% calon jemaah menginginkan pelayanan yang lebih interaktif dan mudah diakses, sementara 64% meminta peningkatan kualitas bimbingan manasik secara berkala.

Dengan langkah awal yang penuh makna ini, harapan baru bermunculan: bahwa setiap calon tamu Allah dari Tasikmalaya tidak hanya sampai di Tanah Suci, tetapi juga kembali sebagai haji yang mabrur, didahului oleh pelayanan yang bermartabat dan penuh kasih.

Baca juga Berita lainnya di News Page