Kayu Gelondongan Terbawa Banjir di Sumut, Bobby Nasution Beri Keterangan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Gelondongan kayu yang terbawa aliran banjir di sejumlah wilayah Sumatera Utara menjadi sorotan publik. Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, angkat bicara mengenai fenomena tersebut. Saat ditemui di Lanud Soewondo Medan pada Kamis (27/11/2025), Bobby menyatakan akan meninjau lebih lanjut kondisi yang terekam dalam video viral di media sosial itu.

Ia mengatakan, “Ya nanti kita lihat ya (soal banyaknya gelondongan kayu).” Saat ini, fokus utama pemerintah daerah adalah mengevakuasi warga yang terdampak bencana serta mempercepat distribusi logistik ke lokasi-lokasi terisolasi.

Bobby menekankan bahwa prioritas penanganan bencana adalah pada aspek kemanusiaan. “Yang pasti untuk saat ini kita fokusnya untuk evakuasi warga dan juga mempercepat logistik untuk kebutuhan warga, baik kebutuhan makan, kebutuhan hari-harinya seperti anak bayi butuh pampers,” ujarnya.

Video yang beredar luas memperlihatkan tumpukan gelondongan kayu hanyut deras terbawa banjir bandang di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, hingga Kota Sibolga. Fenomena ini memicu beragam tanggapan dari warganet yang mencurigai adanya aktivitas penebangan liar yang turut memperparah terjadinya banjir dan longsor.

Banyak yang menduga aliran gelondongan kayu bukan semata-mata akibat luapan sungai, melainkan indikasi kuat dari praktik illegal logging yang merusak ekosistem hutan di daerah aliran sungai. Kerusakan hutan di hulu dikhawatirkan memicu menurunnya daya serap tanah dan meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi.

Studi terbaru dari Pusat Penelitian Kehutanan Tropis (2024) mencatat bahwa area hutan di wilayah Tapanuli mengalami deforestasi sebesar 12,3% dalam dekade terakhir, sebagian besar akibat penebangan tanpa izin dan alih fungsi lahan. Data ini selaras dengan temuan Global Forest Watch yang menunjukkan Sumatera Utara masuk dalam 10 besar provinsi dengan deforestasi tahunan tertinggi di Indonesia.

Sebuah studi kasus di Sub DAS Sibolga tahun 2023 mengungkap bahwa 78% longsor yang terjadi didahului oleh aktivitas penebangan liar di lereng-lereng curam. Ketika hujan deras mengguyur wilayah tersebut, tanpa akar-akar pohon yang menahan, tanah menjadi labil dan mudah tergerus.

Infografis dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2025) menunjukkan bahwa satu pohon dewasa mampu menyerap hingga 1.000 liter air per hari. Hilangnya jutaan pohon di wilayah hulu membuat banjir datang lebih cepat dan lebih deras.

Perlu ada sinergi antara penegakan hukum, reforestasi, dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Kesadaran kolektif terhadap pentingnya ekosistem hutan harus terus digelorakan. Lindungi hutan, selamatkan masa depan—karena setiap pohon yang berdiri adalah benteng terakhir melawan bencana alam yang semakin tak terbendung.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan