BMKG: Siklon Senyar yang Sempat Melanda Indonesia Kini Melemah dan Berpindah ke Malaysia

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Siklon Senyar yang sempat mengancam wilayah Indonesia kini dilaporkan mulai kehilangan kekuatannya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa sistem eks-siklon ini telah bergerak memasuki daratan Malaysia. Pada Jumat, 28 November 2025 pukul 06.00 WIB, intensitasnya terpantau melemah seiring perpindahannya ke wilayah Selangor, Malaysia, dengan arah pergerakan menuju timur-timur laut.

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menjelaskan bahwa dalam kurun 24 jam terakhir, kecepatan angin maksimum menunjukkan tren penurunan. Meskipun demikian, masih ada kemungkinan peningkatan perlahan seiring pergerakan sistem di kawasan Laut China Selatan. Namun, potensi kebangkitan Siklon Tropis Senyar kembali ke fase aktif tergolong rendah.

BMKG tetap mengeluarkan peringatan cuaca untuk sejumlah daerah di Sumatera. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat diperkirakan masih terjadi hingga Sabtu, 29 November 2025 pukul 07.00 WIB. Wilayah yang berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat meliputi Aceh dan Sumatera Utara. Sementara itu, hujan lebat hingga sangat lebat diprakirakan terjadi di Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau. Angin kencang juga masih mengancam beberapa wilayah, khususnya Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, serta Kepulauan Riau.

Sebelumnya, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno menyampaikan bahwa dampak Siklon Tropis Senyar yang memicu banjir di Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat mulai melandai. Ia menekankan bahwa meskipun siklon ini tergolong sangat kuat, kondisinya kini mulai terkendali berdasarkan pantauan BMKG. Untuk mengurangi curah hujan di daratan, pemerintah telah mengaktifkan operasi modifikasi cuaca yang bertujuan mengalihkan hujan dari daratan ke kawasan laut.

Pratikno juga mengungkapkan kewaspadaan terhadap keberadaan Siklon Koto yang saat ini berada di wilayah utara. Pemerintah berharap siklon tersebut tidak bergerak menuju daratan Indonesia. Selain itu, ia memastikan bahwa seluruh kementerian dan lembaga terkait telah dikerahkan untuk penanganan darurat. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), misalnya, telah mengirim tim ke lokasi bencana untuk menangani sejumlah titik yang terputus akibat tanah longsor dan jalan tertimbun material.

Berdasarkan data BMKG 2025, siklon tropis di kawasan Asia Tenggara cenderung meningkat frekuensinya selama musim pancaroba. Studi dari Pusat Studi Iklim Tropis ITB (2024) menunjukkan bahwa perubahan suhu laut di Laut China Selatan berkontribusi terhadap intensifikasi sistem siklon. Infografis dari BMKG mencatat bahwa sejak Januari 2025, terdapat 7 sistem siklon yang terpantau di sekitar Indonesia, dengan 3 di antaranya berdampak langsung pada curah hujan ekstrem.

Siklon Koto, yang kini dalam pengamatan, berada di koordinat 15,3°N 115,8°E dengan kecepatan angin maksimum 75 km/jam. Meskipun belum memasuki wilayah Zona Tanggung Jawab Indonesia (ZTJ), BMKG terus memantau pergerakannya setiap 6 jam sekali. Data satelit Himawari-8 menunjukkan pola sirkulasi siklon mulai terorganisir, namun masih di luar ambang kategori siklon kuat.

Dalam menghadapi ancaman cuaca ekstrem, kesiapsiagaan dan kerja sama antarlembaga menjadi kunci utama. Antisipasi dini, pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca, serta penanganan darurat yang cepat dapat meminimalkan risiko bencana. Mari terus waspada, dukung upaya mitigasi, dan jaga lingkungan sebagai benteng alami melawan dampak perubahan iklim yang semakin nyata.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan