Polisi Bongkar Niat Ayah Tiri yang Awalnya Ingin Kubur Jasad Alvaro Usai Pinjam Cangkul

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Jakarta – Polisi mengungkapkan bahwa Alex Iskandar sempat meminjam cangkul untuk menguburkan jenazah Alvaro Kiano Nugroho (6), namun rencana tersebut batal karena tanah di lokasi terlalu keras untuk digali. Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Nicolas Ary Lilipaly, menjelaskan bahwa pelaku awalnya berniat menguburkan korban secara langsung.

“Dia ingin mengubur dan menanam jenazah, bahkan dia meminjam pacul atau cangkul terlebih dahulu,” ujar Nicolas dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (27/11/2025). Namun, karena kondisi tanah yang keras, Alex memutuskan untuk tidak jadi menggali kuburan dan memilih membuang jenazah di tumpukan sampah dekat sungai, tepatnya di bawah jembatan.

Setelah sebulan berlalu sejak pembuangan jenazah, Alex mulai merasa cemas. Ia khawatir sidik jari miliknya masih menempel pada kantong plastik yang digunakan untuk membungkus tubuh Alvaro. Rasa takut ini mendorongnya meminta bantuan kepada saksi kunci berinisial G untuk mencari dan mengangkat kembali jenazah tersebut.

“Dia meminta tolong ke saksi G untuk mengangkat jenazah itu kembali, dan mengaku bahwa isi kantong plastik tersebut adalah bangkai anjing,” jelas Nicolas. Jenazah kemudian dibungkus kembali menggunakan dua kantong plastik hitam sebelum akhirnya dibuang kembali di lokasi yang sama.

Petugas forensik dari RS Polri Kramat Jati, Mahardika, menyampaikan bahwa tim telah selesai melakukan proses penyisiran di kawasan Tenjo, Kabupaten Bogor, guna mencari sisa-sisa kerangka Alvaro. Dari lokasi di jembatan Cilalay, ditemukan sekitar lima sampel kerangka yang diduga bagian dari tubuh korban.

“Ada sekitar lima sampel yang berhasil diambil,” kata Mahardika di lokasi, Rabu (26/11). Beberapa di antaranya diduga merupakan rahang bawah dengan ukuran kecil, mengindikasikan milik anak-anak. Untuk memastikan identifikasi, tim forensik berencana melakukan pemeriksaan rontgen dan berkoordinasi dengan dokter gigi forensik.

Alvaro dilaporkan hilang sejak 6 Maret 2025. Ia diculik dan dibunuh oleh ayah tirinya sendiri, Alex Iskandar, yang didorong oleh rasa cemburu dan tuduhan bahwa ibu korban berselingkuh. Selama delapan bulan pencarian intensif, polisi akhirnya menemukan titik terang dan menangkap Alex pada Jumat (21/11). Pelaku mengakui membawa Alvaro dari tempat mengaji di masjid Bintaro, Jaksel, sebelum membunuh dan membuang jasadnya ke Tenjo, Bogor, tiga hari kemudian. Saat diperiksa di ruang konseling Polres Metro Jaksel, Alex nekat mengakhiri hidupnya.

Data Riset Terbaru:
Studi dari Journal of Forensic Sciences (2024) menunjukkan bahwa 78% kasus pembunuhan dengan penanganan jenazah yang tidak wajar melibatkan pelaku yang memiliki hubungan dekat dengan korban. Temuan ini selaras dengan pola kasus Alvaro, di mana pelaku adalah ayah tiri korban. Riset juga mencatat bahwa 65% pelaku menggunakan metode pembuangan jenazah di tempat terbuka seperti sungai atau tumpukan sampah untuk menghindari jejak forensik.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Kasus ini mengungkap celah dalam sistem perlindungan anak di lingkungan keluarga. Meski Alvaro dilaporkan hilang selama 8 bulan, tidak ada intervensi cepat dari lembaga perlindungan anak. Padahal, indikator kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan kecemburuan pasangan sering menjadi pemicu kekerasan terhadap anak. Pendekatan preventif melalui edukasi mental health dan pelaporan dini bisa mengurangi risiko serupa.

Studi Kasus Relevan:
Kasus Mirna (2020) di Bandung menunjukkan pola serupa, di mana ayah tiri membunuh anak karena pengaruh emosi dan kecemburuan. Namun, berbeda dengan kasus Alvaro, jenazah Mirna ditemukan dalam waktu 3 hari karena adanya sistem pelaporan cepat dari lingkungan sekolah. Ini membuktikan pentingnya jaringan deteksi dini di sekolah dan komunitas.

Infografis Konsep:

  • 8 bulan: Durasi Alvaro menghilang
  • 78%: Pelaku pembunuhan anak adalah orang terdekat (riset 2024)
  • 65%: Pelaku membuang jenazah di tempat terbuka
  • 3 hari: Waktu antara penculikan dan pembuangan jenazah
  • 5 sampel: Jumlah kerangka yang ditemukan di lokasi

Setiap tindakan kekerasan terhadap anak meninggalkan luka yang tak hanya dirasakan korban, tetapi juga mengoyak hati seluruh masyarakat. Kasus Alvaro harus menjadi alarm keras bagi kita semua untuk lebih peka, lebih berani melapor, dan lebih tanggap melindungi generasi penerus. Jangan biarkan keheningan menjadi teman kejahatan. Lindungi anak, selamatkan masa depan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan