Kuota Subsidi LPG Bertambah 350 Ribu Metrik Ton Tanpa Tambahan Anggaran

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengumumkan keputusan pemerintah untuk meningkatkan kuota subsidi gas LPG sebesar 350 ribu metrik ton demi memastikan pasokan aman selama periode libur Natal dan Tahun Baru. Meskipun terjadi penambahan kuota, pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan karena harga minyak mentah acuan ICP saat ini berada pada level rendah.

Penambahan kuota ini dimaksudkan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan gas LPG yang diprediksi terjadi selama musim liburan. Bahlil menjelaskan bahwa dalam rapat terbatas yang dipimpin langsung oleh Presiden, diputuskan peningkatan kuota dari 8,16 juta metrik ton menjadi tambahan 350.000 metrik ton. Ia menegaskan bahwa langkah ini purely bersifat antisipatif terhadap kebutuhan masyarakat di periode Nataru.

Ia menekankan bahwa tidak ada penambahan anggaran yang diperlukan mengingat realisasi belanja subsidi LPG tetap berada di bawah plafon yang telah ditetapkan. Dari total anggaran Rp 82 triliun dalam APBN 2025, penggunaan dana setelah penambahan kuota diperkirakan hanya mencapai sekitar Rp 77-78 triliun. Hal ini dimungkinkan karena penurunan harga minyak mentah acuan ICP yang signifikan.

Bahlil juga menjelaskan bahwa penambahan kuota ini hanya berlaku untuk sisa tahun 2025. Untuk tahun 2026, pemerintah akan kembali menggunakan asumsi yang telah ditetapkan dalam RAPBN 2026. Namun, jika tren harga minyak mentah tetap rendah dalam jangka panjang, pemerintah tidak menutup kemungkinan untuk kembali menaikkan kuota subsidi di tahun depan.

Langkah ini mencerminkan fleksibilitas kebijakan energi pemerintah dalam menyesuaikan kebutuhan riil masyarakat tanpa memberatkan anggaran negara. Dengan memanfaatkan kondisi harga minyak global yang rendah, pemerintah mampu memberikan tambahan subsidi tanpa perlu mencari sumber pembiayaan baru.

Studi kasus implementasi kebijakan serupa di tahun-tahun sebelumnya menunjukkan bahwa antisipasi pasokan energi di musim tinggi permintaan efektif mencegah kelangkaan dan gejolak harga di tingkat konsumen. Data Kementerian ESDM 2024 mencatat peningkatan konsumsi LPG 3 kg rata-rata 12-15 persen selama periode Nataru dibanding bulan biasa. Infografis dari Pertamina juga menunjukkan pola serupa selama lima tahun terakhir, dengan puncak penggunaan terjadi pada minggu kedua bulan Januari.

Pemanfaatan situasi harga minyak rendah untuk memperluas akses energi bersubsidi merupakan strategi jangka pendek yang cerdas. Riset terbaru dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) 2025 menunjukkan bahwa negara-negara Asia Tenggara yang responsif terhadap fluktuasi harga minyak global cenderung lebih stabil dalam penyediaan energi rumah tangga. Temuan ini menguatkan keputusan pemerintah untuk segera menyerap kelebihan anggaran subsidi akibat turunnya asumsi harga minyak.

Keberhasilan kebijakan subsidi energi tidak hanya diukur dari ketersediaan pasokan, tetapi juga dari kecepatan respons kebijakan terhadap dinamika pasar global. Dengan antisipasi yang tepat waktu dan alokasi anggaran yang efisien, masyarakat bisa merasakan manfaat langsung dari kondisi ekonomi global tanpa harus menunggu reformasi kebijakan jangka panjang. Ini adalah momentum tepat untuk memperkuat ketahanan energi rumah tangga di seluruh penjuru negeri.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan