Hari Guru Nasional 27 November: Ini Penjelasan Sejarah dan Maknanya

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pada 27 November 2025, masyarakat kembali memperingati Hari Adopsi Penyu atau yang dikenal pula sebagai Turtle Adoption Day. Perayaan ini menjadi simbol nyata dari upaya perlindungan terhadap reptil laut yang kian terancam punah, khususnya dalam menjaga kesejahteraan penyu di alam liar. Untuk memahami lebih dalam tentang makna di balik peringatan ini, mari simak ulasan mengenai sejarah, tujuan, hingga berbagai cara untuk ikut ambil bagian dalam perayaannya.

Awal mula Hari Adopsi Penyu bermula dari inisiatif sederhana pada tahun 2011, ketika seorang wanita bernama Christine Shaw membuat unggahan blog tentang pengalaman mengadopsi penyu, sebagaimana dilaporkan oleh Days Of The Year. Dari titik itu, perayaan ini tumbuh pesat dan menjangkau komunitas di berbagai belahan dunia. Gerakan ini kini melibatkan jutaan orang yang peduli terhadap nasib spesies penyu yang semakin langka.

Beberapa spesies penyu, seperti penyu laut, penyu radiated, dan penyu terrapin bercorak, kini berada dalam kategori terancam punah. Kelangsungan hidup mereka sangat bergantung pada intervensi manusia melalui program konservasi dan adopsi. Banyak organisasi lingkungan terus menggiatkan upaya penyelamatan, pemulihan, dan pelepasliaran penyu ke habitat alaminya.

Berbeda dengan Hari Penyu Sedunia yang diperingati setiap 23 Mei secara global, Hari Adopsi Penyu yang jatuh tiap 27 November lebih menekankan pada aspek lokal, khususnya penyu yang membutuhkan perlindungan dan pengasuhan sebagai hewan peliharaan. Perayaan ini menjadi pengingat penting bahwa banyak penyu membutuhkan uluran tangan, sekaligus momentum strategis untuk memperluas kesadaran publik.

Ada sejumlah cara yang bisa dilakukan masyarakat untuk ikut merayakan Hari Adopsi Penyu, sebagaimana dikutip dari National Today. Pertama, mengadopsi penyu secara langsung. Langkah ini memang membutuhkan komitmen tinggi, termasuk kesiapan finansial dan kemampuan merawat, mulai dari pemberian makan hingga penyediaan habitat yang sesuai. Kedua, menjadi sponsor melalui donasi. Dengan mendukung secara finansial, seseorang bahkan bisa memberi nama panggilan pada penyu yang diadopsi. Ketiga, menyebarkan informasi. Langkah ini bisa dilakukan melalui media sosial atau percakapan sehari-hari, termasuk menjalin kerja sama dengan lembaga penyelamat penyu untuk membantu mencarikan rumah bagi penyu yang menunggu adopsi.

Studi kasus dari Pulau Bidadari menunjukkan keberhasilan program pelepasliaran 200 tukik penyu sisik ke laut, sebagai bagian dari upaya konservasi jangka panjang. Program semacam ini tidak hanya meningkatkan populasi penyu di alam, tetapi juga melibatkan masyarakat lokal dalam proses edukasi dan perlindungan lingkungan.

Data riset terbaru dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) 2024 mencatat bahwa 6 dari 7 spesies penyu laut masuk dalam kategori terancam punah, dengan penyu Kemp’s ridley berada pada status kritis. Tekanan utama datang dari perubahan iklim, polusi plastik, penangkapan ikan ilegal, dan hilangnya habitat bersarang. Namun, program adopsi dan konservasi berbasis komunitas terbukti mampu meningkatkan angka kelangsungan hidup tukik hingga 40% di wilayah-wilayah yang terlibat aktif.

Upaya pelestarian penyu bukan hanya tanggung jawab organisasi lingkungan, tetapi juga bagian dari gerakan sosial yang bisa dimulai dari tindakan kecil. Edukasi sejak dini, partisipasi dalam program adopsi, hingga kampanye anti-plastik adalah langkah nyata yang bisa diambil setiap individu. Dengan kolaborasi luas dan kesadaran kolektif, masa depan penyu di planet ini masih bisa diselamatkan. Mari jadikan setiap 27 November sebagai momentum aksi nyata, bukan sekadar peringatan tahunan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan