Bank Indonesia Tanam 1.000 Mangrove di Bali untuk Dorong Ekonomi Hijau

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Bank Indonesia melalui Departemen Ekonomi Keuangan Inklusif dan Hijau (DEIH) menggelar aksi penanaman 1.000 bibit mangrove di Kawasan Konservasi Maritim Teluk Benoa, Badung, Bali, pada Minggu (23/11/2025). Aksi ini menjadi bagian dari upaya konkret mewujudkan net zero emission pasca penyelenggaraan Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2025.

Destry Damayanti, Deputi Gubernur Senior BI, menekankan bahwa kegiatan ini merupakan langkah strategis dalam mendorong ekonomi hijau yang berkelanjutan. Ia menyatakan komitmen kuat BI sesuai dengan Undang-Undang Bank Indonesia yang tidak hanya fokus pada stabilitas moneter, tetapi juga pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan ramah lingkungan.

“Kami memiliki mandat setelah mendorong stabilitas rupiah, suku bunga, perbankan, dan sistem pembayaran, yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pertumbuhan ini harus inklusif, menyentuh lapisan masyarakat bawah,” ujar Destry saat berada di lokasi penanaman.

Bank Indonesia kini aktif mendorong penyaluran kredit ke sektor ekonomi hijau. Langkah ini dianggap penting untuk ikut menjaga kelestarian alam yang semakin hari semakin terkikis. Destry menjelaskan bahwa pendekatan hijau memang relatif baru di BI, mengingat sebelumnya fokus hanya pada pertumbuhan kredit konvensional.

“Kita tidak bisa terus seperti dulu. Alam sudah semakin rusak dan pasti akan marah jika kita tidak mengubah cara,” tegasnya.

BI juga memberikan insentif likuiditas bagi perbankan yang menyalurkan kredit ke sektor-sektor hijau, seperti perumahan berbasis prinsip hijau, mobil listrik, hingga energi terbarukan. Kebijakan ini diharapkan mempercepat transisi ke ekonomi berkelanjutan.

Untuk UMKM peserta KKI, BI turut membantu memperluas akses pasar, termasuk ke pasar internasional, sekaligus memfasilitasi akses pembiayaan. Destry mencatat bahwa selama KKI Agustus lalu, BI berhasil memfasilitasi business matching bagi pelaku UMKM.

“UMKM butuh pembiayaan. Alhamdulillah, selama lima hari acara KKI, kami berhasil membuka peluang bisnis dan koneksi pembiayaan bagi mereka,” katanya.

Anastuty K., Direktur Eksekutif BI sekaligus Kepala DEIH, menjelaskan bahwa penanaman mangrove merupakan bagian dari kompensasi emisi dari acara KKI. Melalui kalkulator hijau, emisi yang dihasilkan selama acara tersebut terhitung sebesar 125,85 ton CO2.

“Kalkulator hijau membantu individu, UMKM, maupun perusahaan menghitung emisi harian, seperti dari perjalanan rumah ke kantor. Dari hasil hitungan, KKI 2025 menghasilkan emisi 126,85 ton CO2,” jelas Nita.

Untuk menekan emisi tersebut, BI melakukan dua pendekatan: penanaman pohon dan pembelian karbon kredit. BI telah membeli karbon kredit sebesar 150 ton CO2 di Bursa Efek Jakarta. Hingga kini, BI telah menanam total 38 ribu pohon melalui 46 kantor perwakilannya, termasuk 1.000 pohon mangrove di Teluk Benoa.

Pohon mangrove dipilih karena kemampuannya menyerap CO2 sekitar 12-20 kg per tahun, bahkan lebih besar saat mencapai usia dewasa. Selain berperan sebagai penyerap karbon, mangrove juga berfungsi sebagai pelindung pantai dari abrasi dan habitat bagi biota laut.

I Made Rentin, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, mengapresiasi aksi penanaman mangrove ini. Menurutnya, program ini membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan bisa berjalan beriringan.

“Penanaman 1.000 pohon mangrove bukan sekadar seremoni. Ini adalah wujud nyata komitmen bersama untuk memperkuat ekosistem mangrove sebagai paru-paru pesisir Bali, penyerap karbon, pelindung abrasi, dan rumah bagi berbagai biota laut,” tandasnya.

Data Riset Terbaru 2024 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di Indonesia mampu menyimpan hingga 3,2 miliar ton karbon, menjadikannya salah satu penyerap karbon terbesar di dunia. Studi dari UNEP (2023) juga mencatat bahwa setiap hektar hutan mangrove dapat menyerap emisi hingga empat kali lebih efektif dibanding hutan tropis daratan.

Sebuah studi kasus di Pantai Timur Sumatra membuktikan bahwa restorasi 500 hektar mangrove mampu mengurangi emisi setara 10.000 ton CO2 per tahun, sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir hingga 40% melalui ekowisata dan perikanan berkelanjutan. Infografis dari World Resources Institute (2024) menunjukkan bahwa investasi di ekosistem mangrove memberi return ekonomi hingga 300% dalam jangka panjang.

Transisi ke ekonomi hijau bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Dari penanaman mangrove hingga insentif kredit ramah lingkungan, langkah nyata ini membuktikan bahwa keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi bisa saling menguatkan. Saat alam bangkit, ekonomi pun ikut pulih. Mulai dari pesisir, kita bangun masa depan yang lebih hijau, inklusif, dan tangguh. Aksi hari ini adalah investasi bagi generasi esok.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan