Sebuah dokumen hukum yang diajukan terhadap empat raksasa platform digital kini telah dibuka untuk akses publik. Meski TikTok, Google, dan Snapchat termasuk dalam gugatan, fokus utama dan paling terperinci tertuju pada Meta. Lebih dari 1.800 pihak, mencakup orang tua, dewan pendidikan, hingga jaksa agung sejumlah negara bagian di AS, tergabung dalam gugatan ini, menuduh perusahaan sengaja menyembunyikan risiko serius yang ditimbulkan bagi pengguna muda.
Berkas tersebut mengungkap pola sistematis yang diduga dilakukan Meta dengan merancang fitur perlindungan remaja secara sengaja tidak efektif, bahkan cenderung mengabaikan aspek keselamatan anak di bawah umur. Tujuannya, agar interaksi remaja tetap tinggi—faktor kunci yang menggerakkan pendapatan besar perusahaan. Laporan Time mengungkap bahwa alat moderasi berbasis AI di Instagram sengaja melewatkan konten terkait pelecehan anak dan gangguan makan, tanpa menyediakan mekanisme pelaporan manual yang memadai.
Mark Zuckerberg, menurut temuan Reuters, telah mengetahui persoalan ini sejak 2017, tetapi memilih mengutamakan isu-isu lain yang dianggap lebih prioritas. Dalam pesan internal yang ditemukan tim pengacara penggugat, Zuckerberg disebut menyatakan bahwa keselamatan anak bukan fokus utama, mengingat fokusnya terbagi ke proyek metaverse. Bahkan saat Nick Clegg, saat itu menjabat sebagai kepala kebijakan publik global Meta, meminta peningkatan anggaran untuk perlindungan anak, permohonan tersebut ditolak.
Dokumen juga mengungkap perilaku yang lebih mengkhawatirkan. Setelah riset internal 2018 menunjukkan 40% anak usia 9-12 tahun aktif harian di Instagram—melanggar kebijakan usia minimal 13 tahun—Zuckerberg justru memerintahkan perusahaan untuk tetap menargetkan kelompok pra-remaja. Dalam praktiknya, Meta menggunakan data lokasi untuk mengirim notifikasi ke siswa saat jam sekolah, strategi yang diduga bertujuan meningkatkan keterlibatan pengguna di bawah umur. Tim riset internal bahkan dikabarkan mengkaji psikologi anak usia 5-10 tahun untuk merancang fitur yang sesuai.
Seorang karyawan sempat menulis dalam komunikasi internal: “Oh bagus, kita mengejar anak-anak di bawah 13 tahun sekarang? Zuck sudah membicarakan itu sejak lama. Seolah kita serius mengatakan kita harus membuat mereka kecanduan sejak muda.” Komentar ini menguatkan dugaan adanya niat sistematis dalam menciptakan ketergantungan sejak usia dini.
Previn Warren, pengacara utama penggugat, menarik kesamaan antara praktik Meta dan industri tembakau. Ia menegaskan bahwa Meta menciptakan platform yang mereka ketahui bersifat adiktif bagi anak-anak, sementara dampaknya terhadap kesehatan mental jelas merugikan. “Ini adalah produk berbahaya yang dipasarkan ke anak-anak. Mereka terus melakukannya karena semakin banyak pengguna, semakin tinggi keuntungan,” tegasnya.
Data Riset Terbaru: Studi dari Center for Digital Resilience (2024) menemukan bahwa platform media sosial dengan desain berbasis umpan tak terbatas meningkatkan risiko kecanduan hingga 300% pada remaja usia 10-14 tahun. Sementara laporan dari American Psychological Association (2023) menyatakan korelasi kuat antara penggunaan media sosial intensif dan peningkatan kasus depresi, kecemasan, serta gangguan makan pada kelompok usia yang sama.
Studi Kasus: Di Florida, seorang remaja usia 12 tahun mengalami gangguan makan serius setelah terpapar konten diet ekstrem dan perbandingan tubuh di Instagram selama 8 bulan. Orang tua melaporkan bahwa fitur batasan usia dan laporan pelanggaran nyaris tidak berfungsi, sementara algoritma justru terus memperbanyak konten serupa.
Platform digital seharusnya menjadi ruang aman, bukan mesin keuntungan yang mengorbankan masa depan generasi muda. Kesadaran publik dan tekanan regulasi harus terus ditingkatkan agar perusahaan tech tidak lagi menjadikan ketergantungan anak sebagai strategi bisnis. Lindungi anak bukan dengan teknologi yang membius, tapi dengan desain yang menghormati pertumbuhan sehat dan berkelanjutan.
Baca juga Info Gadget lainnya di Info Gadget terbaru

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.