UMKM Banyumas dan Banjarnegara: Melestarikan Tradisi, Menembus Pasar Global

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di tengah dinamika pasar yang terus berubah, UMKM menunjukkan ketangguhan sebagai pilar ekonomi yang mampu beradaptasi, berinovasi, dan terus menjaga kualitas guna mempertahankan daya saing. Salah satu contoh nyata keberhasilan UMKM terlihat di Desa Bawang, Banjarnegara, di mana pengolahan mocaf (modified cassava flour) menjadi kekuatan ekonomi lokal yang menjanjikan. Dengan memanfaatkan singkong sebagai bahan baku utama, masyarakat setempat berhasil menciptakan produk bernilai tinggi sekaligus membuka peluang ekonomi baru.

Riza Azyumarridha Azra, pelopor di balik PT Rumah Mocaf Indonesia, memulai perjalanan ini setelah mendengar keluhan petani singkong yang harga panennya hanya Rp 200 per kg, hingga membuat mereka enggan memanen. “Awalnya tahun 2015, saya melihat seorang petani menangis karena harga singkong sangat murah, padahal dia punya lahan hampir 1 hektare yang dibiarkan membusuk karena rugi jika dipanen,” ujar Riza kepada Thecuy.com. Ia juga menyampaikan fakta mencengangkan bahwa Indonesia di tahun 2016 menjadi penghasil singkong terbesar kedua dunia setelah Brazil, namun justru menjadi importir singkong terbesar secara global. Data BPS menunjukkan hampir 98% petani singkong di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan.

Dari titik nadir itulah Riza membangun Rumah Mocaf Indonesia, UMKM yang sukses mengangkat nilai ekonomi singkong melalui inovasi tepung mocaf. Dimulai dari produksi mandiri, kini ia memiliki 33 karyawan tetap dan memberdayakan masyarakat sekitar dalam tiga klaster utama: klaster petani singkong, klaster ibu-ibu perajin mocaf yang mengolah singkong menjadi chip mocaf, serta klaster anak muda yang menangani branding, kemasan, pemasaran, riset dan pengembangan, serta sertifikasi. Saat ini, Rumah Mocaf menjalin kemitraan dengan sekitar 1.000 petani dari berbagai desa sebagai pemasok, dengan standar beli Rp 1.500 per kg, di atas harga nasional sebesar Rp 1.350 per kg.

Tidak hanya eksis di pasar domestik, Rumah Mocaf Indonesia berhasil menembus pasar global. Dengan dukungan Bank Indonesia melalui Kantor Perwakilan BI Purwokerto, Riza mampu membuka toko di platform Alibaba, yang biasanya menelan biaya Rp 70 juta per tahun, dan memperoleh banyak pembeli mancanegara. Ia juga kerap diikutsertakan dalam pameran internasional seperti MIHAS di Malaysia (2019), Istanbul, Turki, Hannover Jerman, Seoul, Tokyo, hingga Amerika Serikat melalui BI New York. Ekspor terbaru dilakukan ke China, dan dalam ajang Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2025, Riza menandatangani MoU dengan buyer dari Dubai senilai USD 1,3 juta atau sekitar Rp 20 miliar untuk 1.000 ton per tahun. Saat ini, ekspor ke Turki masih menjadi pasar utama.

Kolaborasi Riza dengan Bank Indonesia telah terjalin sejak lama. Dimulai dari pameran Pasar Murah 2017, BI kemudian memesan 1.000 bungkus tepung mocaf menggantikan sembako berbahan tepung terigu. Bank Indonesia juga memberi bantuan mesin produksi tepung, fasilitas digitalisasi seperti laptop dan kamera, hingga pendampingan pemasaran. Kini, Rumah Mocaf Indonesia meraup omzet hingga Rp 570 juta per bulan dan menjadi bagian dari program pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG) serta Koperasi Desa Merah Putih (KDMP), menyuplai tepung mocaf untuk gorengan, pancake, dan produk olahan lainnya.

Di Kabupaten Banyumas, Desa Dawuhan menjadi contoh ketahanan pangan berbasis pertanian organik. Gapoktan Marsudi Among Tani, dipimpin Slamet, memulai transisi ke pertanian organik karena keprihatinan terhadap tanah yang rusak dan menurunnya produksi beras. Sejak 2017, mereka beralih ke organik dan kini menggarap lahan sekitar 5 hektare, dengan produksi gabah rata-rata 6-7 ton per musim, bahkan mencapai 8,4 ton di musim tanam terakhir. Mereka juga mengolah seluruh hasil panen menjadi produk bernilai tambah: jerami dijadikan pupuk padat, menir diolah menjadi tepung, bekatul menjadi minuman, dan sekam diubah menjadi pupuk asap cair.

Bank Indonesia turut andil dalam keberhasilan ini dengan memberikan bantuan rice milling unit khusus beras organik pada 2022, vacuum dan timbangan digital untuk kemasan, serta alat penyulingan pupuk asap cair. Petani dan Kelompok Wanita Tani juga mendapat pelatihan pengolahan produk turunan. Kini, petani Desa Dawuhan lebih mandiri, tidak lagi bergantung pada pupuk subsidi, bahkan mampu melakukan subsidi silang antar petani.

Di bidang budaya, pelestarian batik Banyumas digawangi oleh Slamet Hadipriyanto (56) melalui Galeri Batik Banyumas Hadipriyanto. Meski kalah populer dibanding batik Solo atau Jogja, ia terus mempertahankan warisan kain tradisional ini. Awalnya hanya fokus pada batik tulis, kini usahanya berkembang ke batik printing, cap, hingga tenun. Dukungan Bank Indonesia terbukti penting, termasuk alat printing lilin dan fasilitasi pameran seperti Karya Kreatif Indonesia. Dengan pemasaran digital via Instagram, TikTok, dan WhatsApp, omzet bulanan mencapai Rp 100-150 juta. Slamet berharap batik Banyumas bisa semakin dikenal, bahkan go internasional.

Kontribusi UMKM terhadap perekonomian regional memang sangat signifikan. Kepala KPw BI Purwokerto, Christoveny, menyatakan UMKM menyumbang hampir 70% perekonomian di wilayah kerjanya (Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara), dengan pertumbuhan ekonomi Banyumas mencapai 6,8%. Saat ini, BI Purwokerto membina lebih dari 180 UMKM dan bermitra dengan 300 lebih UMKM, tersebar dalam klaster pangan, wastra, makanan-minuman, kerajinan, hingga pariwisata. Pendampingan terus dilakukan mulai dari pelatihan, bantuan alat, hingga percepatan digitalisasi agar UMKM mampu go online dan bertahan di era e-commerce.

Data Riset Terbaru:
Studi dari Kementerian Koperasi dan UKM 2024 menunjukkan UMKM yang mendapat pendampingan lembaga keuangan formal memiliki tingkat kelangsungan usaha 3,2 kali lebih tinggi dibanding yang tidak. Riset LPEM FEB UI (2023) mencatat UMKM berbasis produk lokal yang go ekspor mampu meningkatkan kesejahteraan petani hingga 45% di wilayah sentra produksi. Sementara data Bank Indonesia (2024) mencatat kenaikan transaksi e-commerce UMKM sebesar 68% pasca pendampingan digitalisasi.

Studi Kasus:
Rumah Mocaf Indonesia menjadi studi kasus sukses UMKM berbasis sumber daya lokal yang mampu tembus pasar global. Dari omzet Rp 50 juta per bulan di 2018, kini mencapai Rp 570 juta per bulan dengan ekspor ke 7 negara. Model klaster yang diterapkan berhasil menyerap 1.000 petani dan 33 karyawan tetap, menjadi contoh ekosistem UMKM yang inklusif dan berkelanjutan.

Transformasi UMKM di Banyumas, Banjarnegara, dan sekitarnya membuktikan bahwa inovasi, kolaborasi, dan pendampingan strategis mampu mengubah potensi lokal menjadi kekuatan ekonomi nasional. Dengan semangat kemandirian, pelestarian budaya, dan pemanfaatan teknologi, UMKM bukan hanya penopang ekonomi, tapi juga agen perubahan sosial yang membawa kesejahteraan nyata bagi masyarakat. Teruslah berinovasi, karena dari desa-desa Indonesia, masa depan bangsa sejati bermula.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan