Tangerang Selatan – Di tengah pesatnya perkembangan industri fashion modern, Rumah Batik Setu di Tangerang Selatan tampil sebagai pelopor pelestarian budaya lokal melalui karya batik bernuansa identitas daerah. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ini tidak hanya fokus pada produksi kain bermotif tradisional, tetapi juga berperan aktif dalam memberdayakan perempuan pengrajin di sekitar wilayah Setu.
Setiap helai kain yang dihasilkan dirancang dengan motif-motif khas yang merepresentasikan ciri khas Kota Tangerang, mulai dari pola geometris yang terinspirasi dari arsitektur Betawi hingga elemen alam seperti pohon randu dan aliran sungai yang menjadi bagian dari sejarah lokal. Proses pembuatan batik dilakukan secara manual oleh tangan-tangan terampil para perempuan pengrajin yang telah dilatih secara intensif, sehingga menghasilkan kualitas tinggi yang tetap mempertahankan nilai autentik.
Rumah Batik Setu juga menjadi wadah edukasi dan pelatihan keterampilan bagi masyarakat sekitar, khususnya perempuan yang ingin mengembangkan potensi ekonomi melalui seni batik. Dengan pendekatan pemberdayaan berbasis komunitas, UMKM ini berhasil menciptakan lapangan kerja informal yang berkelanjutan sekaligus memperkuat identitas budaya lokal di tengah arus globalisasi.
Produk-produk batik dari Rumah Setu kini tidak hanya diminati di pasar domestik, tetapi juga mulai menembus pasar internasional melalui pameran dagang dan platform digital. Desainnya yang unik dan bercerita membuat batik asal Tangerang ini semakin dikenal luas, baik oleh pecinta fashion tradisional maupun generasi muda yang mengapresiasi karya seni bernilai budaya tinggi.
Studi kasus menunjukkan bahwa dalam dua tahun terakhir, Rumah Batik Setu berhasil meningkatkan omzet hingga 60% dengan melibatkan lebih dari 45 perempuan pengrajin aktif. Rata-rata pendapatan bulanan per pengrajin naik dari Rp3 juta menjadi Rp5,2 juta, membuktikan bahwa pelestarian budaya bisa berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan ekonomi.
Data riset terbaru dari Kementerian Koperasi dan UKM (2024) mencatat bahwa UMKM berbasis kerajinan tradisional yang mengangkat motif lokal memiliki potensi pertumbuhan hingga 35% per tahun, terutama jika dikombinasikan dengan strategi pemasaran digital dan kolaborasi desain kontemporer. Hal ini menegaskan bahwa batik bukan sekadar warisan, tetapi aset ekonomi kreatif yang strategis.
Pendekatan inovatif Rumah Batik Setu dalam memadukan nilai historis dengan estetika modern menunjukkan bahwa tradisi bisa hidup relevan di era digital. Dengan terus menggali akar budaya dan memberdayakan sumber daya manusia lokal, UMKM ini menjadi contoh nyata bagaimana seni tradisional bisa menjadi penggerak ekonomi sekaligus penjaga identitas bangsa. Langkah kecil di setiap goresan canting ternyata mampu menciptakan dampak besar bagi masyarakat dan pelestarian budaya Indonesia.
Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.