Di tengah ruang kelas yang hening namun dipenuhi semangat perjuangan, para pendidik di Sekolah Luar Biasa (SLB) menjalani rutinitas yang menuntut lebih dari sekadar keahlian mengajar—dibutuhkan ketahanan mental, kedalaman empati, dan kesabaran luar biasa.
Di balik tembok sekolah yang sederhana, tumbuh kisah-kisah keteguhan hati. Salah satunya adalah perjalanan Dedi Supriatna (58), seorang guru yang telah tiga puluh tahun penuh menemani anak-anak berkebutuhan khusus tanpa pernah mengharapkan imbalan lebih dari apa yang mampu ia berikan.
Dedi memulai karier mengajarnya di Yayasan Insan Sejahtera sejak tahun 1995. Saat itu, latar belakang pendidikannya hanya D2, yang kemudian ia kembangkan melalui pendidikan lanjutan di SGPLB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa) selama dua tahun.
SGPLB adalah program khusus yang dirancang untuk mencetak tenaga pendidik yang benar-benar memahami kebutuhan anak-anak disabilitas. Materi pembelajarannya mencakup teknik pengajaran untuk tunanetra, tunarungu, tunagrahita, autisme, hingga manajemen perilaku khusus yang kompleks.
Meskipun telah menempuh pendidikan formal tersebut, jalan Dedi menuju status Aparatur Sipil Negara (ASN) tetap terhalang. Kualifikasi pendidikannya saat itu tidak memenuhi syarat administratif, sementara kewajiban keluarga tidak memungkinkan ia kembali ke bangku kuliah. Ia memilih fokus pada pendidikan anak-anaknya, mengorbankan kesempatan mengejar gelar yang bisa mendongkrak karier pribadinya.
Namun, segala keterbatasan itu tidak pernah dijadikan alasan untuk menyerah. Pada masa-masa awal mengajar, Dedi hanya menerima honor sebesar lima puluh ribu rupiah per bulan sebagai guru sukarelawan—yang akrab disebut sukwan—dan pembayarannya pun sering dicicil.
Tidak jarang, ia harus menunggu berhari-hari sebelum upah tersebut diterimanya. Kini, meski penghasilannya telah meningkat menjadi sekitar Rp2 juta per bulan, etos kerja Dedi tetap tak berubah: mengajar dengan kasih sayang, bukan karena pertimbangan materi.
“Dari dulu yang penting anak-anak bisa belajar dengan tenang. Soal gaji kecil, ya saya terima saja,” ucap Dedi saat ditemui di sekolah pada Selasa (25/11).
Selama bertahun-tahun, ia bahkan secara sukarela mengantar-jemput sejumlah anak autisme dari rumah ke sekolah tanpa meminta tambahan biaya transportasi.
“Saya tidak pernah minta uang bensin dari sekolah. Itu murni ikhlas, supaya anak-anak bisa datang ke sekolah dengan aman,” tambahnya.
Data Riset Terbaru:
Studi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2023) mencatat bahwa masih terdapat lebih dari 60% guru di SLB yang berstatus non-ASN, dengan rata-rata penghasilan di bawah UMR daerah masing-masing. Laporan UNESCO (2024) juga menunjukkan bahwa guru inklusi di Indonesia rata-rata bekerja 12 jam per hari, namun 70% di antaranya tidak menerima tunjangan khusus.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Fenomena seperti yang dialami Dedi mengungkapkan celah besar dalam sistem pendidikan inklusi. Di satu sisi, negara mendorong pendidikan untuk semua, tetapi di sisi lain, infrastruktur dan perlindungan bagi tenaga pendidiknya masih minim. Padahal, guru SLB membutuhkan kompetensi ganda: penguasaan pedagogi khusus dan ketahanan psikologis.
Studi Kasus:
Di Jawa Barat, dari 150 SLB yang terdata, hanya 35% guru yang telah tersertifikasi ASN. Sementara itu, rasio guru ke siswa di SLB rata-rata 1:8, jauh di atas rekomendasi internasional 1:4. Kasus Dedi mencerminkan realitas banyak guru yang mengorbankan kesejahteraan pribadi demi keberlangsungan pendidikan anak-anak marginal.
Dibalik kesederhanaan seragam dan meja guru yang aus, ada jiwa-jiwa yang membangun peradaban melalui kasih tanpa pamrih. Mereka mengajar bukan karena aturan, tapi karena panggilan hati. Dalam diam, mereka mencetak manusia yang sering kali terabaikan, dan dalam kesabaran, mereka menanam harapan yang tak pernah redup. Jadilah bagian dari perubahan: hargai, dukung, dan beri ruang pada para pejuang tanpa tanda jasa ini untuk terus berkarya.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.