Washington DC – Pemerintahan Amerika Serikat (AS) sedang dalam proses akhir untuk mengklasifikasikan Ikhwanul Muslimin, gerakan Islam yang berdirir di Mesir dan memiliki pengaruh luas, sebagai organisasi teroris asing. Rencana ini disampaikan langsung oleh Presiden Donald Trump dalam pernyataannya yang dikutip oleh media lokal AS, Just the News, pada Minggu (23/11) waktu setempat, sebagaimana dilaporkan oleh Al Arabiya pada Senin (24/11/2025).
Trump menegaskan bahwa keputusan ini akan diterapkan dengan pendekatan yang sangat tegas dan keras. Ia menyatakan, “Itu akan dilakukan dengan cara yang paling keras dan tegas,” seperti yang dilansir dari laporan Just the News. Menurutnya, dokumen final terkait penetapan tersebut saat ini sedang dalam penyusunan.
Presiden tidak memberikan penjelasan lebih rinci mengenai langkah-langkah teknis atau dasar hukum yang akan digunakan. Namun, langkah ini sejalan dengan keputusan sejumlah negara lain yang telah lebih dulu melarang organisasi tersebut. Yordania, pada awal tahun ini, menjadi negara Arab terbaru yang mengumumkan pelarangan Ikhwanul Muslimin, menyusul upaya sabotase yang berhasil digagalkan oleh instansi keamanan negara.
Sejumlah negara Timur Tengah dan regional lainnya, seperti Mesir, Rusia, Arab Saudi, Suriah, serta Uni Emirat Arab, sebelumnya telah menetapkan Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok yang dilarang. Organisasi ini dikenal sebagai salah satu gerakan Islam paling tua dan paling berpengaruh di kawasan, dengan struktur jaringan yang luas dan sejarah panjang dalam kancah politik Timur Tengah.
Kepemimpinan Ikhwanul Muslimin saat ini berada di bawah Mohammed Badie, yang kini mendekam di penjara dengan vonis seumur hidup dan hukuman mati atas dugaan keterlibatannya dalam perencanaan serangan kekerasan. Badie bersama 37 anggota lainnya dituduh terlibat dalam konspirasi untuk memicu kerusuhan di Mesir pasca penggulingan Presiden Mohamed Morsi oleh militer pada Juli 2013. Morsi sendiri merupakan kader utama Ikhwanul Muslimin yang pernah menjabat sebagai presiden Mesir.
Langkah AS ini diprediksi akan memperuncing dinamika politik di Timur Tengah sekaligus berpotensi memengaruhi komunitas Muslim global, mengingat jangkauan ideologi dan jaringan Ikhwanul Muslimin yang luas. Klasifikasi sebagai organisasi teroris asing akan mengaktifkan sanksi ekonomi, pembekuan aset, serta larangan kerja sama dengan entitas atau individu yang terkait dengannya.
Data Riset Terbaru:
Studi dari Brookings Institution (2024) menunjukkan bahwa meskipun Ikhwanul Muslimin secara resmi menyatakan diri sebagai gerakan dakwah damai, sejumlah laporan intelijen dari berbagai negara mengindikasikan adanya sayap militan atau afiliasi yang terlibat dalam kekerasan. Namun, laporan Carnegie Endowment for International Peace (2023) mencatat bahwa mayoritas aktivitas Ikhwanul Muslimin bersifat sosial, pendidikan, dan politik non-kekerasan.
Analisis terbaru dari International Crisis Group (2024) menekankan bahwa pelarangan total terhadap Ikhwanul Muslimin justru dapat mendorong fragmentasi dan radikalisasi di kalangan pemuda Muslim yang kehilangan wadah politik moderat. Sebaliknya, pendekatan inklusif melalui dialog dan reformasi kelembagaan dinilai lebih efektif dalam menekan potensi ekstremisme.
Studi Kasus: Pengalaman Mesir vs Tunisia
Di Mesir, pelarangan total Ikhwanul Muslimin sejak 2013 diikuti oleh penangkapan massal dan represi keras. Hasilnya, stabilitas jangka pendek tercapai, namun muncul ketegangan sosial jangka panjang serta munculnya kelompok-kelompok ekstremis baru seperti ISIS Sinai. Sebaliknya, Tunisia memilih pendekatan hukum dan politik: Ikhwanul Muslimin melalui partai Ennahda ikut dalam koalisi pemerintahan dan proses demokrasi. Meski tidak sepenuhnya mulus, pendekatan ini membantu menjaga transisi demokrasi yang relatif stabil hingga 2021.
Tindakan AS terhadap Ikhwanul Muslimin bukan sekadar keputusan keamanan, tapi juga pertaruhan strategi ideologis di tengah pergolakan identitas Muslim modern. Alih-alih hanya menekan, dunia perlu memikirkan bagaimana menawarkan ruang bagi keislaman moderat yang kompetitif melawan narasi ekstrem. Masa depan Timur Tengah bergantung pada keseimbangan antara keamanan dan inklusi—bukan hanya larangan, tapi juga tawaran visi bersama yang lebih damai.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.