Pemkot Tasikmalaya Alami Krisis Keuangan, Berharap Kondisi Membaik Hingga Akhir Tahun

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di sebuah ruangan rapat kecil di Balaikota Tasikmalaya, sorotan proyektor memantul di wajah para pejabat yang tengah mengamati data anggaran. Seorang di antara mereka bergumam pelan, “Saldo BTT kita tinggal lima puluh juta, Pak… Semoga cuaca bersahabat, ya.”

Ucapan itu terdengar seperti candaan ringan, namun di baliknya tersimpan kekhawatiran nyata. Musim hujan mulai mengintai, sementara dana darurat yang seharusnya menjadi tameng saat bencana datang hampir habis. Tahun anggaran 2025 belum selesai, tetapi pos Biaya Tak Terduga (BTT) Pemerintah Kota Tasikmalaya kini hanya menyisakan Rp 50 juta—jumlah yang jauh dari cukup untuk menghadapi bencana skala kota.

BTT selalu dimaknai sebagai jaring pengaman fiskal ketika musibah datang tanpa peringatan: banjir mendadak, longsor tebing, kebakaran hebat, atau kejadian luar biasa lain yang tak bisa diprediksi. Namun selama 2025, pos anggaran ini telah berkali-kali digunakan untuk menangani sejumlah kejadian darurat skala kecil, penanggulangan lingkungan mendesak, serta kebutuhan mendadak yang tergolong force majeure.

Dalam lingkungan internal Pemkot, kalimat “semoga tidak hujan deras” bukan sekadar basa-basi. Itu adalah doa sungguhan yang diucapkan dengan cemas. Seorang ASN yang enggan disebut namanya membuka dashboard anggaran sambil berkata, “Kalau bisa, Tasik jangan dikasih kejadian apa-apa lah sampai Desember. Kita sudah tipis.” Tampilan layar menunjukkan angka yang mirip saldo dompet digital setelah kena promo habis.

Biasanya, BTT dirancang agar tetap tersedia hingga akhir tahun. Tetapi frekuensi kejadian alam—banjir genangan, longsor tebing kecil, dan genangan di titik-titik rawan—ternyata menggerus dana tersebut perlahan namun pasti. “Setiap kejadian kecil tetap membutuhkan penanganan. Mau tidak mau, menyedot anggaran,” ungkap petinggi BPBD Kota Tasikmalaya.

Kini, dengan sisa dana hanya Rp 50 juta, muncul pertanyaan kritis di tengah masyarakat: mampukah angka sekecil itu menangani satu insiden darurat besar? Jawaban jujurnya: tidak. Biaya penanganan longsor skala kecil saja kerap menembus ratusan juta rupiah, termasuk perbaikan struktur, penggunaan alat berat, dan logistik bagi warga terdampak. Dengan Rp 50 juta, paling-paling hanya bisa membeli spanduk imbauan waspada bencana dan sedikit peralatan dapur umum.

Di ranah media sosial, warganet merespons dengan humor kelam. Akun @noninong menulis, “Semoga awan baca berita,” sementara @blackdiist berkomentar, “Longsor jangan datang dulu, Pemkot lagi bokek.” Candaan itu menyimpan kritik tajam: kesiapan darurat kota sedang berada di titik rawan.

Data Riset Terbaru:
Studi dari Pusat Studi Bencana Universitas Padjadjaran (2024) mencatat bahwa 78% kota di Jawa Barat mengalami defisit dana darurat selama musim hujan, terutama karena alokasi BTT yang terlalu rendah sejak awal tahun. Rata-rata kebutuhan dana penanganan bencana skala menengah di wilayah perkotaan mencapai Rp 1,2 miliar per kejadian. Sementara itu, berdasarkan data Bappenas 2023, 65% bencana di Indonesia bersifat lokal dan mendadak, sehingga ketergantungan pada BTT menjadi krusial.

Studi Kasus:
Pada 2022, Kota Banjar pernah mengalami kondisi serupa—BTT tinggal Rp 40 juta saat banjir bandang melanda. Akibatnya, penanganan darurat harus ditunda selama tiga hari hingga bantuan provinsi tiba. Kejadian itu menjadi pelajaran penting tentang perlunya skema cadangan dana darurat yang lebih dinamis dan responsif.

Kota tidak hanya dibangun dari beton dan aspal, tapi juga dari kesiapan menghadapi ketidakpastian. Saat dana darurat nyaris habis, yang tersisa bukan hanya angka di layar, tapi juga rasa aman warga. Penting bagi pemerintah daerah untuk tidak hanya mengelola anggaran, tetapi juga membangun sistem antisipasi yang tangguh—sebelum langit benar-benar runtuh. Keterbatasan dana bukan alasan untuk menunda kesiapan; justru menjadi panggilan untuk berpikir lebih cerdas, bergerak lebih cepat, dan bekerja lebih kolaboratif demi keselamatan bersama.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan