Pemerintah saat ini gencar mendorong pemanfaatan bioetanol sebagai bagian dari strategi percepatan transisi menuju energi bersih dan penguatan ketahanan energi nasional. Langkah ini dinilai krusial mengingat tingginya kebutuhan energi dalam negeri serta komitmen Indonesia untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Adisatrya Suryo Sulisto, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, menilai Brasil sebagai contoh nyata keberhasilan pengembangan ekosistem bioetanol terintegrasi. Brasil, yang baru saja menjadi tuan rumah Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30) di Belem, kawasan Amazon, dinilai telah membuktikan kemampuannya dalam mentransformasikan sektor energi secara masif selama lima dekade terakhir.
“Brasil adalah laboratorium hidup bagi pengembangan bioenergi dunia. Mereka tidak hanya mengandalkan teori, tapi telah membangun sistem dari hulu ke hilir: mulai dari perkebunan tebu dan jagung, pabrik biorefinery, jaringan distribusi, hingga jutaan kendaraan flex-fuel yang beroperasi di seluruh negeri,” ujar Adisatrya dalam pernyataan tertulisnya, Minggu (23/11/2025).
Brasil kini menempati posisi sebagai produsen etanol terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat. Pada 2024, produksi etanol Brasil mencapai rekor tertinggi sebesar 36,83 miliar liter, naik 4,4% dibanding tahun sebelumnya. Data dari UNICA (asosiasi industri tebu Brasil) menunjukkan bahwa etanol dihasilkan terutama dari tebu dan jagung, dengan lahan yang digunakan hanya 1% dari total luas wilayah Brasil.
Yang mencengangkan, seluruh SPBU di Brasil menyediakan bahan bakar dengan berbagai campuran etanol. Perusahaan minyak besar seperti Shell bahkan aktif menjual bioetanol dalam berbagai formulasi, termasuk E30 dan E100, selain bensin dengan tambahan etanol. Semua kendaraan bermotor di Brasil dirancang mampu menggunakan bioetanol, bahkan hingga konsentrasi 100%, tanpa kendala teknis maupun kualitas.
“Indonesia punya potensi besar yang tidak kalah dari Brasil. Kita punya sumber daya alam melimpah, tinggal bagaimana kita mengoptimalkannya secara terstruktur dan berkelanjutan,” tegas Adisatrya.
Ia menekankan pentingnya kebijakan nasional yang mengatur pencampuran 10% etanol (E10) ke dalam bensin secara wajib di seluruh Indonesia. Regulasi tersebut harus mencakup standar produksi, harga, kepastian pasokan, serta harga jual yang kompetitif agar industri bioetanol bisa tumbuh secara masif dan berkelanjutan.
Selain itu, Adisatrya mendorong penguatan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Brasil di bidang energi. Transfer teknologi, pertukaran pengetahuan, dan investasi bersama dinilai mampu mempercepat pengembangan bioetanol dalam negeri. “Ini bukan sekadar kerja sama ekonomi, tapi langkah strategis untuk memperkuat kedaulatan energi dan komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan,” tambahnya.
Studi kasus Brasil menunjukkan bahwa kesuksesan bioetanol tidak lepas dari integrasi sektor pertanian, industri, dan kebijakan publik. Dengan luas lahan yang relatif kecil namun dikelola secara efisien, Brasil mampu memproduksi energi terbarukan dalam skala besar. Infografis dari International Energy Agency (IEA) 2024 mencatat bahwa transportasi berbasis bioetanol di Brasil telah mengurangi emisi CO2 sebesar 70 juta ton per tahun—setara dengan menonaktifkan 15 juta kendaraan bermotor konvensional.
Data Riset Terbaru 2025 dari Institute for Essential Services Reform (IESR) menunjukkan bahwa potensi bioetanol Indonesia dari singkong, tebu, dan jagung bisa mencapai 8,5 miliar liter per tahun jika dikelola secara terintegrasi. Namun, realisasinya masih di bawah 10% dari potensi maksimal. Analisis IESR menyebut tiga kendala utama: minimnya insentif fiskal, belum adanya regulasi mandatori E10, dan terbatasnya infrastruktur distribusi.
Dengan kekayaan alam yang melimpah dan pengalaman sukses negara seperti Brasil, Indonesia sebenarnya berada di posisi yang sangat menguntungkan. Transformasi energi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Saatnya Indonesia berani mengambil lompatan besar: dari ketergantungan pada fosil menuju kedaulatan energi berbasis bioekonomi. Masa depan energi bersih bukan milik negara lain—tapi milik kita, jika kita bergerak sekarang.
Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.