Surat PGRI Kecamatan Bungursari Legal, Tetapi Kontroversial

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Surat dari PGRI Kecamatan Bungursari terlihat rapi dan terorganisir. Namun, isinya dan akibatnya telah menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan warga. Pertanyaan utama saat ini adalah, apakah perayaan hari guru harus dilakukan dengan mengorbankan waktu belajar anak didik?

Kegiatan gerak jalan santai yang dilakukan memang dianggap positif. Sayangnya, banyak warga yang mempertanyakan timing kegiatan tersebut. Beberapa orang tua merasa ada kesalahan prioritas: perayaan lebih utama daripada pembelajaran.

“Jika guru memiliki kegiatan, baiklah. Tetapi mengapa selalu waktu belajar yang harus dipotong?” ujaran seorang ayah murid. “Jika siswa absen sekali saja, langsung dipanggil oleh BP. Tapi jika sekolah yang mengadakan kegiatan ekstra, ya lolos.”

Beberapa guru mengaku hanya mengikuti instruksi dari organisasi. Mereka tidak ingin dianggap sebagai orang yang memanggang siswa, tapi suara masyarakat sudah mulai mengganggu keheningan.

“Perayaan Hari Guru adalah momennya, tapi dampaknya harus dipertimbangkan,” ungkap seorang guru yang merasa kecewa melihat muridnya kembali belajar secara daring tanpa persiapan yang baik.

Guru memang manusia yang memiliki hak untuk merayakan profesi mereka. Namun, sistem yang memaksakan siswa untuk belajar seperti penumpang cadangan adalah masalah yang harus segera ditangani.

Menariknya, perayaan Hari Guru di Bungursari justru memberikan pelajaran, tidak bagi murid, melainkan bagi sistem pendidikan itu sendiri. Sistem pendidikan harus lebih sensitif terhadap kebutuhan siswa. Perayaan hari guru tidak boleh mengurangi pentingnya pendidikan anak.

Sebaiknya, perayaan hari guru tidak membuat siswa kehilangan waktu belajar. Jika semua kegiatan guru kembali dilaksanakan selama jam sekolah, ada kemungkinan muncul usulan baru:

“Untuk efisiensi, sekolah cukup dibuka hari Senin saja, sisanya belajar daring. Kan fleksibel,” kata salah satu wali murid.

Jika perayaan hari guru dapat dilakukan dengan tidak mengganggu proses belajar siswa, maka sistem pendidikan akan lebih harmonis. Orang tua dan guru perlu bekerja sama untuk mengoptimalkan waktu belajar siswa. Dengan demikian, perayaan hari guru tidak hanya menjadi tradisi, melainkan juga dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Sekolah harus menjadi tempat dimana setiap elemen pendidikan berfungsi optimal. Prioritas utama adalah memastikan siswa mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian, perayaan hari guru akan lebih berarti dan memiliki dampak positif bagi semua pihak.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan