Waspada Cuaca Ekstrem, Banjir di Padaherang Pangandaran Masih Berlangsung

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pada tanggal 15 November 2025, beberapa area di Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, terendam banjir kembali. Kali ini, peristiwa ini menimpa Desa Ciganjeng, dengan tiga dusun mengalami genangan air hingga setinggi satu meter. Selain itu, Jalan Nasional Banjar–Pangandran juga mengalami genangan, yang menyebabkan gangguan lalu lintas di sepanjang rute tersebut.

Supiatno, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (Darlog) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangandaran, meminta masyarakat untuk tetap waspada terhadap cuaca ekstrem yang mengganggu berbagai wilayah di Jawa Barat. Meskipun daerah Pangandaran tidak mengalami hujan yang signifikan pada hari tersebut, wilayah sekitarnya seperti Banjar, Ciamis, dan Tasikmalaya sering terendam hujan deras. Hal ini dapat mempengaruhi aliran air ke daerah hilir, termasuk Pangandaran.

Supiatno menegaskan bahwa cuaca ekstrem ini diharapkan akan berlanjut hingga 30 April 2026. Ini didasarkan pada Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat yang memerintahkan peringatan dini terkait potensi bencana alam akibat perubahan cuaca yang tidak menentu. “Mungkin hari ini cuaca cerah, tetapi besok bisa saja hujan lebat. Masyarakat harus selalu siap menghadapi perubahan cuaca yang cepat,” katanya.

Data BPBD Kabupaten Pangandaran menunjukkan bahwa sekitar 490 Kepala Keluarga (KK) terdampak banjir dalam beberapa hari terakhir, meliputi lebih dari 1.000 jiwa. Asesmen terhadap wilayah yang terkena dampak terus dilakukan untuk menentukan langkah penanggulangan lebih lanjut.

Peringatan ini semakin kuat dengan kunjungan langsung Bupati Pangandaran, Hj Citra Pitriyami, yang meninjau lokasi banjir di Padaherang pada Sabtu. Dalam kunjungan tersebut, ia juga membagikan bantuan sembako kepada warga yang terdampak. Bupati Citra menekankan pentingnya normalisasi Sungai Citanduy dan anak-anak sungainya sebagai solusi jangka panjang dalam mengatasi banjir di Pangandaran yang terus terjadi.

Data riset terbaru menunjukkan bahwa banjir di wilayah ini sering terjadi akibat faktor-faktor like deforestasi dan pembangunan tanpa perencanaan yang baik. Studi kasus yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Lingkungan menunjukkan bahwa normalisasi sungai dapat mengurangi risiko banjir hingga 40%. Infografis yang dipublikasikan oleh BPBD juga menegaskan bahwa upaya pencegahan banjir harus melibatkan keterlibatan aktif masyarakat.

Dalam menghadapi tantangan ini, setiap warga dapat berperan aktif dalam mengurangi dampak banjir. Mulai dari menjaga kebersihan sungai, hingga mengikuti sosialisasi tentang penanggulangan bencana. Bersama-sama, kita dapat membangun kawasan yang lebih tahan terhadap bencana dan menjaga kelestarian lingkungan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan