Indonesia dan Kongo Menjemput Dunia di COP30 untuk Mengelola Lahan Gambut Secara Berkelanjutan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Indonesia, Kongo, dan Republik Demokratik Kongo sepakat untuk mengoperasikan International Tropical Peatland Centre (ITPC) secara bersama. Kewajiban ini diharapkan bisa menjadi pemicu agar seluruh negara yang punya potensi lahan gambut ikut berpartisipasi dalam upaya konservasi bersama.

Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kepala Bappenas, Hanif Faisol Nurofiq, dukungan global adalah kunci utama dalam menjaga ekosistem gambut. Kata dia, upaya ini bukan hanya bagi keberlanjutan ekologis, melainkan juga tanggung jawab moral bagi generasi masa depan. “Gambut adalah sumber karbon yang sangat penting, dan perlindungannya harus menjadi prioritas bersama tanpa penundaan,” ujarnya saat menyampaikan kesimpulan pentingnya kolaborasi internasional.

Negara yang memiliki salah satu area gambut tropis terbesar di dunia, Indonesia telah menunjukkan progres dalam upaya konservasi. Beberapa langkah yang telah dilakukan termasuk rehabilitasi hidrologis, pembangunan 35.500 sekat kanal, pemantauan muka air di 10.100 titik, serta program pemulihan lahan di lebih dari 4,15 juta hektar. Selain itu, pemerintah juga memfokuskan pada pengembangan ekonomi lokal melalui program Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG).

Di sisi lain, Republik Demokratik Kongo menekankan peran mereka dalam menjaga ekosistem gambut yang kritis bagi serapan emisi karbon. Menteri Lingkungan Hidup, Pembangunan Berkelanjutan, dan Ekonomi Iklim Baru di negara tersebut, Marie Nyange Ndambo, menegaskan bahwa negara dengan sumber daya hutan yang melimpah memiliki tanggung jawab bersama. “Kami berkomitmen untuk menjadikan ini sebagai aliansi global dan mengajak banyak negara untuk bergabung,” katanya.

Terbaru, data dari organisasi konservasi global mendukung bahwa upaya kolaborasi internasional seperti ini meningkatkan efisiensi restorasi gambut hingga 30% dibandingkan dengan upaya solo. Studi kasus di Indonesia menunjukkan bahwa pengembangan program Desa Mandiri Peduli Gambut tidak hanya berhasil memulihkan ekosistem, tetapi juga meningkatkan pendapatan lokal hingga 40% dalam waktu tiga tahun. Visualisasi data menunjukkan tren positif dalam pengurangan emisi karbon di area lahan gambut yang sudah dipulihkan.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh ketiga negara ini bukan hanya tentang keberlanjutan lingkungan, tetapi juga tentang tanggung jawab kolektif untuk memastikan masa depan yang lebih hijau. Setiap tindakan kecil dapat menentukan dampak besar bagi planet, dan kolaborasi seperti ini membuktikan bahwa dunia siap bergerak bersama untuk melindungi aset alam yang berharga.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan