Trump Akui Bertemu Putra Mahkota Saudi untuk Pertama Kalinya Sejak Kasus Khashoggi

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), akan menerima sambutan yang megah dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di Gedung Putih pada Selasa (18/11) menurut waktu setempat. Ini merupakan kunjungan pertamanya ke AS sejak peristiwa pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada tahun 2018.

Trump dan MBS diperkirakan akan menandatangani beberapa perjanjian penting, termasuk kesepakatan di bidang pertahanan dan nuklir antara kedua negara. Selain itu, Presiden AS menyampaikan rencananya untuk menyelenggarakan sambutan istimewa bagi Pangeran Saudi, termasuk penerbangan jet tempur, tembakan meriam, dan jamuan makan malam kenegaraan, meskipun MBS tidak bertindak sebagai kepala negara.

Sejak kembali menjabat di Gedung Putih pada awal tahun ini, Trump telah menggagas penguatan hubungan dengan Riyadh. Pada Senin (17/11), ia mengumumkan rencana penjualan jet tempur F-35 buatan AS ke Arab Saudi, meskipun ada keberatan dari pemerintah Israel. Selain itu, Trump juga akan mendorong MBS untuk menormalisasi hubungan dengan Israel sebagai bagian dari upaya perdamaian lebih luas di Timur Tengah setelah perang Gaza berakhir.

Trump menuturkan kepada para wartawan di pesawat kepresidenan AS, Air Force One, pada Jumat (14/11), bahwa kunjungan ini bukan sekadar pertemuan rutin. “Kita lebih dari sekadar bertemu. Kita menghormati Arab Saudi, sang Putra Mahkota,” ujarnya.

Sementara itu, MBS menargetkan kunjungan ini sebagai awal baru bagi hubungan AS-Arab Saudi sejak insiden pembunuhan Khashoggi oleh agen-agen Saudi, yang sebelumnya menyebabkan tekanan diplomatik antara kedua negara. Intelijen AS sebelumnya mengaitkan MBS dengan operasi pembunuhan tersebut, meskipun otoritas Saudi menolak tuduhan tersebut.

Pangeran berusia 40 tahun ini telah membangun hubungan dekat dengan Trump dan keluarganya selama beberapa tahun. Pada Mei tahun lalu, kunjungan Trump ke Riyadh telah dimeriahkan dengan sambutan yang megah dan janji investasi senilai US$ 600 miliar.

MBS juga berencana untuk menyampaikan kebutuhan terhadap jaminan keamanan AS setelah serangan Israel terhadap Qatar, sekutu dekat AS, pada bulan September yang lalu. Selain jet tempur F-35, Arab Saudi juga tertarik membeli sistem pertahanan udara dan rudal canggih dari AS.

Namun, terjadi kemungkinan besar bahwa Saudi tidak akan setuju untuk menormalisasi hubungan dengan Israel pada saat ini. Kematangan langkah normalisasi dengan Tel Aviv, sebagai imbalan jaminan keamanan dan energi, terganggu oleh perang Gaza tahun 2023. Saudi tampaknya menunda tindakan tersebut hingga terjadi kemajuan dalam upaya internasional untuk pendirian negara Palestina.

Setelah perang Gaza meletus pada tahun 2023, upaya normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel terhambat. Pemerintah Saudi menuntut adanya solusi yang memuaskan untuk pembentukan negara Palestina sebelum mereka bersedia untuk mendukung normalisasi hubungan dengan Israel. Meskipun demikian, Trump terus mendorong MBS untuk mendukung inisiatif perdamaian di Timur Tengah, termasuk normalisasi dengan negara-negara tetangga.

Pertemuan ini juga penting bagi Riyadh untuk memperkuat aliansi strategis dengan Washington. Dengan adanya kesepakatan pertahanan dan nuklir, Saudi bisa mengukuhkan posisi geopolitik mereka dalam region. Selain itu, kunjungan ini juga dapat memberikan sinyal positif bagi investor internasional untuk melihat Riyadh sebagai destinasi yang stabil dan ramah bisnis.

Di sisi lain, Trump juga memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkuat posisi AS dalam perdagangan dan investasi global. Penjualan jet tempur F-35 dan sistem pertahanan lain tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi AS tetapi juga menegakkan pengaruh militernya di Timur Tengah.

Kunjungan Pangeran Mohammed bin Salman ke Amerika Serikat pada November 2025 merupakan langkah strategis yang memiliki dampak jauh. Tidak hanya memperkuat hubungan diplomatik, tetapi juga mengukuhkan posisi geopolitik kedua negara di region. Dengan adanya kesepakatan pertahanan dan nuklir, kedua negara bisa saling menguntungkan dalam upaya menjaga stabilitas dan keamanan di Timur Tengah.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan