Indikasi Tersembunyi dalam Pemilihan Ketua Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Proses pemilihan Ketua Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya (DKKT) saat ini berlangsung dengan cara yang berbeda dari sebelumnya, menggunakan istilah “Gempungan Seniman Tasik” sebagai pengganti Musyawarah Daerah (Musda). Perubahan signifikan dalam proses ini adalah peluang terbukanya untuk semua pelaku seni, bukan hanya pengurus, untuk turut mencalonkan diri. Hasilnya, terdapat delapan calon yang berpotensi menjabat sebagai Ketua DKKT. Dari jumlah tersebut, empat orang merupakan pengurus lama, yakni Hendra Juniarsa, Andi Jaelani (Ibo), Tatang Pahat, dan Iip Samsul Ma’arif (Iip Borelak). Sementara empat calon lainnya berasal dari lingkungan luar kepengurusan, yaitu Falhan Basya (Aang The Great), Hendra S Wijaya (Pongkir Wijaya), Cecep Hermawan (Ki Lanang), dan Sepia Perian Putra Prasetya (Cevi Wheisa).

Walaupun proses ini dilakukan sesuai dengan aturan, beberapa tafsir muncul tentang keberadaan isyarat tersembunyi di balik perubahan tersebut. Beberapa pihak berpendapat bahwa perubahan ini menunjukkan adanya konflik internal dalam lingkup pengurus, sehingga perlu adanya penyegaran dengan masuknya figur baru. Ada juga yang mengaitkan perubahan ini dengan dimensi politis, karena sebagai mitra pemerintah, DKKT perlu memiliki nilai strategis dalam kerjasama dengan Pemerintah Kota Tasikmalaya. Selain itu, muncul pula wacana tentang kemungkinan perubahan nama dan fungsi dewan kesenian menjadi dewan kebudayaan.

Bode Riswandi, yang masih menjabat sebagai Ketua DKKT, mengatakannya sebagai bagian dari dinamika normal. Dia tidak terlalu terlibat dalam kontestasi, dan lebih menginginkan calon penerus yang mampu mengembangkan organisasi. Menurutnya, baik pengurus lama maupun calon dari luar kepengurusan punya kelebihan masing-masing yang dapat menambah daya saing dalam proses pemilihan ini.

Selain itu, proses pemilihan ini juga mengajak pembaca untuk mempertimbangkan bagaimana dinamisnya perkembangan dunia seni di kota Tasikmalaya. Para pelaku seni tidak hanya berperan sebagai kreatif tetapi juga sebagai pemimpin yang mampu membawa perubahan positif. Dalam situasi ini, penting untuk melihat bahwa setiap perubahan bisa menjadi peluang untuk memperkuat sinergi antara seni dan pemerintah, sehingga dapat tercipta lingkungan budaya yang lebih berdaya saing dan inovatif.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan