Tambang Grasberg yang Longsor Ditargetkan Dibuka Kembali pada Maret atau April 2026

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) yang dimiliki oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) dan mengalami longsor diharapkan akan dapat beroperasi kembali pada bulan Maret atau April tahun depan. Informasi ini disampaikan langsung oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia.

Bahlil menjelaskan bahwa tim dari Kementerian ESDM masih melakukan evaluasi mendalam terkait insiden longsor tersebut. Ia menegaskan bahwa keputusan untuk membuka kembali tambang tidak akan diambil sembarangan, karena permasalahan ini terhubung langsung dengan keselamatan jiwa manusia.

“Kita berharap bisa memulai kembali operasi pada bulan ketiga atau keempat tahun depan. Kita tidak bisa bersikap sembarangan dalam hal ini, karena jika sembarangan, apa yang akan terjadi jika terjadi lagi dan ada korban jiwa? Kita harus hati-hati. Prioritas utama adalah keselamatan, bukan bisnis. Kita harus meneliti penyebab longsor terlebih dahulu, kemudian diaudit oleh tim ahli sebelum melakukan perbaikan dan produksi,” katanya di Kementerian ESDM, Jumat (14/11/2025).

Menurut Bahlil, area yang terdampak longsor telah ditutup dan dilakukan evakuasi. Namun, bagian operasional lain yang tidak terpengaruh masih bisa beroperasi dengan normal.

“Freeport tidak semua areanya terkena dampak. Ketika insiden terjadi, kita langsung menutup semua area untuk evakuasi. Setelah evakuasi selesai, kita melakukan analisis dan menemukan beberapa area yang tidak terkait dengan longsor bawah tanah,” terangnya.

“Area yang tidak terkena dampak bisa beroperasi kembali, seperti jalur yang sekitar 6 hingga 7 kilometer dari titik kecelakaan. Evalusi masih berlangsung di area yang menjadi pusat insiden,” tambahnya.

Sebelumnya, Kementerian ESDM telah memberikan izin operasi kembali untuk tambang PT Freeport Indonesia setelah sebelumnya ditutup akibat longsor di tambang bawah tanah Grasberg pada 8 September. Namun, izin tersebut hanya berlaku untuk dua blok, yaitu Deep Mill Level Zone (DMLZ) dan Big Gossan.

“Sudah disetujui, khusus untuk DMLZ dan Big Gossan,” kata Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (13/11/2025).

Namun, hingga saat ini, PT Freeport belum melakukan produksi di kedua blok tambang tersebut. Produksi di kedua area itu juga tidak memiliki dampak signifikan.

Menurut data riset terbaru, longsor tambang bawah tanah seringkali terjadi karena faktor geologi yang kompleks, seperti tektonik, erosi, dan aktivitas seismik. Pengawasan yang ketat dan teknologi pengamanan modern diperlukan untuk mencegah insiden serupa di masa depan. Studi kasus di tambang lainnya menunjukkan bahwa pendekatan integrasi antara analisis geologi dan manajemen risiko sangat efektif dalam mengurangi risiko longsor.

Tidak hanya tepatnya evaluasi, tetapi juga implementasi teknologi yang canggih seperti sensor real-time dan sistem monitor pemantauan dapat memberikan peringatan dini tentang potensi longsor. Infografis yang menunjukkan langkah-langkah pencegahan longsor juga sangat membantu dalam pembelajaran praktis bagi para pekerja tambang.

Pemulihan operasional tambang Grasberg memang harus dilakukan dengan hati-hati, tetapi dengan pendekatan yang sistematis dan fokus pada keselamatan, PT Freeport dan pemerintah dapat memastikan bahwa operasional kembali akan berlangsung dengan aman. Ini juga memberikan kesempatan untuk memperbaiki dan meningkatkan standar keselamatan untuk mengurangi risiko di masa depan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan