Rahim Bisa ‘Copot’? Penjelasan Medis Dari Dokter

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kasus seorang ibu yang dinyatakan mengalami “rahim copot” setelah melahirkan telah menggebrak media sosial. Banyak pengguna jaringan sosial tertarik untuk mengetahui apakah rahim dapat sesungguhnya terlepas dari tubuhnya.

Menurut Dr. dr. Andon Hestiantoro, SpOG-KFER, spesialis obstetri dan ginekologi serta konsultan fertilitas endokrinologi reproduksi, secara medis rahim tidak bisa benar-benar terlepas dari tubuh. Namun, ada dua kondisi yang bisa membuat rahim terlihat seperti terlepas dari posisinya, yaitu inversio uteri dan prolaps uteri.

“Secara fisik, rahim tidak bisa terlepas karena diikat oleh ligamen dan struktur penyangga yang kuat. Namun, dalam situasi tertentu, rahim dapat berbalik atau turun dari posisi normalnya,” kata dr. Andon saat dihubungi Thecuy.com, Rabu (12/11/2025).

Dr. Andon menjelaskan ada dua kemungkinan rahim terlihat seperti terlepas dari tempatnya, yaitu inversio uteri dan prolaps uteri. Inversio uteri adalah kondisi darurat obstetrik yang sangat jarang, sekitar 1 dari 2.000 hingga 2.500 persalinan. Kondisi ini terjadi ketika bagian atas rahim (fundus) terdorong ke bawah dan masuk ke dalam rongga rahim, bahkan bisa tampak menonjol keluar melalui serviks hingga vagina.

“Umumnya disebabkan oleh penarikan tali pusat yang terlalu kuat saat plasenta belum lepas, terutama jika kontraksi rahim lemah. Dari luar, bisa tampak seperti massa bulat berdarah yang keluar dari vagina,” jelas dr. Andon. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan hebat dan syok, sehingga memerlukan penanganan secepat mungkin.

Selain inversio uteri, ada pula prolaps uteri berat, yaitu ketika rahim turun dari posisinya ke dalam saluran vagina karena otot dan ligamen penyangga melemah atau robek saat persalinan. “Dalam tingkat terparah, rahim bisa keluar dari vulva dan tampak menggantung di antara kedua kaki. Namun, ini biasanya terjadi secara bertahap, bukan tiba-tiba saat melahirkan,” kata dr. Andon.

Dalam kasus yang sangat ekstrem, robekan pada serviks, vagina, atau perineum saat persalinan juga bisa memengaruhi anatomi di sekitar area tersebut. Namun, rahim tetap tidak benar-benar terputus.

Baik inversio uteri maupun prolaps uteri merupakan komplikasi serius yang memerlukan perawatan medis darurat. Jika tidak segera ditangani, bisa menyebabkan perdarahan berlebih, infeksi, bahkan kematian. “Yang penting, jangan panik dengan istilah yang beredar di media sosial. Segera periksa ke tenaga medis bila muncul tanda-tanda perdarahan berlebih atau nyeri hebat setelah melahirkan,” imbau dr. Andon.

Kasus seperti ini menegaskan pentingnya pengetahuan kesehatan reproduksi bagi ibu-ibu baru. Penting untuk selalu waspada dengan tanda-tanda darurat pasca persalinan dan tidak ragu-ragu untuk mencari bantuan medis jika diperlukan. Informasi yang tepat dan akses ke pelayanan kesehatan yang baik dapat meminimalkan risiko komplikasi serius.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan