Bandingkan Nutrisi Sarapan Rebusan-Kukusan dengan Nasi Uduk, Bubur, dan Lonsay

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Jakarta – Saat ini, pilihan sarapan berbasis rebusan dan kukusan menjadi favorit di kalangan masyarakat, terutama anak muda. Menu seperti ubi rebus, singkong, kentang, hingga pisang kukus kini menjadi alternatif populer menggantikan sarapan goreng atau dengan santan. Namun, bagaimana jika dibandingkan dengan sarapan tradisional seperti bubur ayam atau nasi uduk yang sudah jadi bagian budaya kuliner Indonesia?

Menurut dr Ardian Sandhi Pramesti, SpGK, sarapan rebusan atau kukusan lebih sehat karena proses pengolahan ini mengurangi penggunaan minyak dan lemak tambahan. Metode seperti ini juga dapat menurunkan asupan kalori dan mencegah terbentuknya lemak trans, yang sering muncul pada makanan gorengan akibat pemanasan minyak berulang.

“Tapi, ini tidak berarti bubur ayam, lontong sayur, atau nasi uduk itu tidak sehat. Mereka enak dan kaya akan gizi, memberikan energi cepat dan asupan protein dari ayam atau lontong, nasi, serta topingnya,” katanya. Hanya saja, jika dikonsumsi terlalu sering atau dalam porsi besar, tambahan minyak, santan, kerupuk, cakwe, atau emping bisa meningkatkan asupan kalori dan lemak jenuh. Untuk orang yang menjaga berat badan, diabetes, atau kolesterol tinggi, rebusan dan kukusan lebih baik karena rendah kalori dan lemak jenuh, serta dapat mempertahankan nutrisi alami bahan makanan.

Ubi rebus misalnya mengandung sekitar 86 kkal, 0,1 g lemak, 20 g karbohidrat, dan 1,6 g protein. Ubi juga kaya kalium, serat, vitamin A, dan C. Singkong rebus memiliki 160 kkal, 0,3 g lemak, 38 g karbohidrat, dan 1,4 g protein, serta tinggi vitamin C, kalium, dan serat. Kentang rebus berisi 87 kkal, 0,1 g lemak, 20 g karbohidrat, dan 1,8 g protein, dengan vitamin B6, kalium, dan serat yang baik untuk pencernaan. Pisang rebus mengandung 89 kkal, 0,3 g lemak, 23 g karbohidrat, dan 1,1 g protein, serta tinggi kalium, vitamin B6, dan serat.

Dr Ardian menambahkan bahwa rebusan dan kukusan mayoritas karbohidrat kompleks yang baik untuk energi, tapi kurang seimbang jika tidak ditambahkan sumber protein dan sayuran. Untuk nutrisi lengkap, dapat diikuti pedoman “Isi Piringku” dari Kemenkes: 1/3 piring untuk karbohidrat, 1/3 untuk protein, dan 1/2 untuk sayur-buah.

Sementara itu, bubur ayam memiliki 300-400 kkal per porsi dengan 35-40 g karbohidrat, 5-12 g lemak, dan 10-27 g protein. Namun kalorinya bisa mencapai 500 kkal jika ditambah cakwe atau bawang goreng. Lontong sayur memiliki 300-350 kkal per porsi dengan 45-50 g karbohidrat, 8-15 g lemak, dan 8-10 g protein. Nasi uduk sekitar 300-400 kkal per porsi dengan 45-50 g karbohidrat, 10-12 g lemak, dan 6-8 g protein.

Menurut dr Ardian, rebusan biasanya memiliki kalori lebih rendah (80-160 kkal/100g) dengan lemak minim (<0,5g), sementara sarapan tradisional sekitar 300-400 kkal/porsi dengan lemak 8-15g. Nutrisi rebusan lebih fokus pada serat (2-3g/100g) dan vitamin seperti C dan A yang kaya antioksidan.

Tren sarapan rebusan dan kukusan menjadi pilihan Gen-Z karena dianggap lebih sehat dengan minim tambahan minyak. Namun, keduanya punya kelebihan masing-masing. Pilih yang cocok dengan kebutuhan gizi Anda untuk kehidupan sehat berkelanjutan.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan