Masalah Pengangguran di Kota Tasikmalaya: Perizinan Usaha, Transportasi, dan Mental Anak Muda

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Meskipun ekonomi dan semangat wirausaha di Tasikmalaya terus berkembang, masalah pengangguran tetap menjadi isu utama bagi pemerintah setempat. Berdasarkan catatan Dinas Ketenagakerjaan, tahun 2025 tercatat ada 2.576 pencari kerja, tetapi program Hayu Gawe hanya berhasil memasangkan 121 individu dengan perusahaan.

BPS mencatat angka pengangguran terbuka di Tasikmalaya 2024 mencapai 6,49 persen, atau sekitar 20.000 orang, turun sedikit dari tahun sebelumnya yang mencapai 6,55 persen. Dari total 395.357 angkatan kerja, 369.713 orang sudah bekerja, dengan peningkatan terbesar di sektor industri yang menambahkan 12.621 pekerja.

Upah minimum kota (UMK) Tasikmalaya juga mengalami kenaikan dari Rp2.630.951 tahun 2024 menjadi Rp2.801.962,82 tahun 2025. Namun, kenaikan ini dianggap tidak cukup mengimbangi tekanan ekonomi yang terus memuncak.

Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi Ramadhan, menyatakan bahwa tantangan pasaran kerja tidak hanya bisa diatasi dengan pelatihan atau bursa kerja saja. Setelah upacara Hari Sumpah Pemuda di Bale Kota, Selasa (28/10/2025), ia menggarisbawahi pentingnya kesesuaian antara kebutuhan industri dan kemampuan tenaga kerja.

“Tidak hanya pemberdayaan, namun juga harus ada harmonisasi antara kebutuhan industri dan kemampuan para pencari kerja,” ucapnya. Pemerintah sedang merencanakan pola link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja untuk memastikan lulusan memiliki kompetensi yang sesuai dengan pasar.

“Kami sedang mempersiapkan kesesuaian antara kebutuhan dunia kerja dan kompetensi lulusan untuk memastikan kemampuan mereka relevan dengan pasar,” tambahnya. Satu dari upaya tersebut adalah pengembangan sistem Hayu Gawe daring dengan fitur QR Code yang lebih mudah diakses.

“Masalahnya, tidak semua warga mengetahuinya. Sosialisasinya masih terbatas, terutama bagi masyarakat di pinggiran kota yang kita sebut Diskotik, di sisi kota saeutik,” ungkap Viman. Ia juga menyebutkan adanya peluang pekerjaan di luar negeri melalui kerja sama Pemkot dengan lembaga pelatihan kerja (LPK).

Sekitar 6,5% warga Tasikmalaya masih tak bekerja, meski jumlahnya ada penurunan. Sektor industri menjadi pendorong utama peningkatan lapangan kerja, namun kenaikan upah masih belum seimbang dengan biaya hidup. Pemerintah berupaya menutup celah antara pendidikan dan dunia kerjayang diharapkan dapat meminimalkan pengangguran. Dengan upaya strategis seperti program Hayu Gawe dan pelatihan khusus, diharapkan pengangguran bisa terus berkurang.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan