Mahasiswi di Makassar Ditemukan Meninggal dalam Kamar Kos

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Seorang siswa mahasiswa usia dua puluh dua tahun ditemukan dalam keadaan tidak menyenangkan di tempat penginapannya di ibu kota Sulawesi Selatan. Korban merupakan siswa koas dari salah satu jurusan kedokteran di sebuah perguruan tinggi swasta.

Menurut sumber detikSulsel pada hari Kamis (30 Oktober 2025), mayat siswa tersebut ditemukan di kamar kosnya yang terletak di Jalan Kowilhan III, Kecamatan Tamalanrea, Makassar. Polisi hadir di tempat kejadian sekitar pukul enam malam waktu setempat, tepatnya pada hari Rabu (29 Oktober). Petugas langsung mengirimkan jenazah ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar dan menandai area dengan garis polisi.

Penyewa tempat penginap dengan identitas FP (22) menjelaskan bahwa pada pukul empat lewat siang waktu setempat, paman korban datang ke kos untuk mengecek kondisi siswa. Keluarga tak bisa menghubungi korban selama dua hari terakhir. “Bapak saudara korban bertanya tentang keadaan penghuni kamar 111 karena dua hari menghubungi tidak ada balasan. Itulah sebabnya Bapak-nya langsung datang untuk memeriksa,” ungkapnya.

FP bersama paman korban mencoba mengetuk pintu kamar, tetapi tidak ada respons. “Kemudian kami pulang ke area parkir, berbicara tentang korban, katanya korban sedang sakit. Dia bilang selama ini merasa tidak enak badan, pernah memberitahu keluarganya tentang gejalanya,” terang FP. “Temannya pun pernah dimintai pertolongan pada hari Minggu. CCTV juga terbukti bahwa sejak hari Minggu korban belum keluar dari kamar,” tambahnya.

Kasus ini mengingatkan pada pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental siswa, terutama di kalangan mahasiswa yang sering menghadapi tekanan akademik. Data menunjukkan bahwa sejumlah besar siswa mengalami stres atau kondisi kesehatan mental yang kurang baik. Studi terbaru menunjukkan bahwa hingga 40 persen mahasiswa di Indonesia mengalami tingkat stres moderat hingga tinggi, dengan faktor utama adalah beban akademik dan lingkungan percaya diri yang kurang mendukung.

Sementara itu, sebuah infografis yang dikembangkan oleh Lembaga Kesehatan Mental Universitas X menampilkan bahwa 60 persen siswa yang mengalami kenaikan stres berhubungan dengan isolasi sosial dan kurangnya jaringan dukungan. Ini menunjukkan bahwa kepedulian dari keluarga dan teman-teman sangat penting untuk mencegah kasus seperti ini.

Dari segi analisis, kasus ini menegaskan bahwa kesadaran akan gejala awal gangguan kesehatan mental perlu diperkuat di kalangan mahasiswa. Beberapa kampus telah mulai menyediakan layanan konseling dan program pencegahan, tetapi masih banyak yang belum mencukupi. Siswa juga perlu diajarkan cara mengelola stres dan ketika untuk mencari bantuan profesional.

Di sisi lain, beberapa kampus telah berhasil mengimplementasikan sistem dukungan yang efektif. Sebagai contoh, Universitas Y mendirikan pusat kesehatan mental yang dapat diakses 24 jam. Program ini telah menunjukkan penurunan casadepresi dan gangguan stres post-trauma (PTSD) di kalangan mahasiswa mereka. Ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, masyarakat kampus dapat menjadi lebih sehat dan produkif.

Pengalaman ini menjadi pelajaran berharga bagi semua siswa dan keluarga. Jaga komunikasi dengan orang terdekat, perhatikan perubahan perilaku, dan jangan ragu-ragu mencari bantuan ketika diperlukan. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, dan setiap upaya untuk menjaganya merupakan investasi untuk masa depan yang lebih baik.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan