Penambahan Cadangan Emas Negara Sebesar 53 Ton Ditargetkan BSI Sampai 2030

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

PT Bank Syariah Indonesia Tbk, alias BSI, berambisi mengembangkan aset emas mereka hingga mencapai 53 ton pada tahun 2030. Hingga September 2025, volume emas yang dikelola perseroan tersebut baru mencapai 19 ton saja.

Bob Tyasika Ananta, wakil direktur dari BSI, menjamin bahwa manajemen aset emas mereka dilakukan dengan keamanan yang tinggi. Bisnis ini juga sejalan dengan prinsip bisnis islami yang dijalankan oleh BSI, yang merupakan satu-satunya bank syariah di Indonesia yang memiliki lisensi sebagai bank bullion.

“Pada akhir September 2025, aset emas yang dikelola BSI masih dalam angka 19 ton. Namun, kami yakin hingga tahun 2030, volume tersebut akan terus mengalami kenaikan hingga mencapai 53 ton, dan kemungkinan akan terus bertambah,” kata Bob dalam konferensi pers virtual yang diselenggarakan Rabu (29/10/2025).

Sejak diberi lisensi resmi sebagai bank bullion pada akhir Februari tahun ini, bisnis emas BSI telah mengalami pertumbuhan 72,82% dalam skala tahunan, menempati nilai Rp 18,76 triliun. Pelayanan bullion ini mencakup Cicil Emas senilai Rp 10,32 triliun dengan pertumbuhan 106,36%, serta Gadai Emas senilai Rp 8,44 triliun yang naik 44,19%.

Selain itu, BSI juga mencatatkan pertumbuhan Tabungan E-mas dengan volume kelolaan sebesar 1,15 ton, penjualan mencapai 1,69 ton, dan CIF rekening emas mencapai 200 ribu rekening. Anggoro Eko Cahyo, direktur utama BSI, menjelaskan bahwa saat ini emas sudah menjadi salah satu instrumen investasi utama bagi masyarakat.

Menurut Anggoro, investor di Indonesia mulai berpindah dari produk tabungan konvensional dan deposito ke investasi emas. Tren ini sudah terjadi secara perlahan sejak tiga tahun terakhir. Ia menilai kondisi ini menjadi peluang besar bagi BSI untuk mengembangkan bisnis emas mereka.

“Alhamdulillah, dengan kondisi likuiditas yang semakin baik dan harga emas yang terus naik, BSI memiliki keunggulan kompetitif yang kuat. Hal ini karena BSI adalah satu-satunya bank yang memiliki dua lisensi strategis, yaitu lisensi Bank Syariah dan Bank Emas,” ujar Anggoro.

Keputusan investasi dalam emas semakin diminati karena kebijakan moneter yang konsisten dan stabilitas nilai aset. Data menunjukkan bahwa permintaan emas di Indonesia terus meningkat, terutama di kalangan investor muda yang mencari alternatif investasi yang lebih aman dan fleksibel. BSI, dengan dua lisensinya, menjadi pilihan utama bagi mereka yang ingin memanfaatkan potensi pasar emas secara syariah.

Ketika melihat tren global, bank-bank syariah di negara lain juga mulai mengembangkan layanan emas, tetapi BSI tetap unggul karena integrasi yang kuat dengan nilai-nilai islami. Hal ini membuat mereka lebih memahami kebutuhan konsumen lokal dan mampu menyajikan produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dalam perjalanannya, BSI tidak hanya fokus pada pertumbuhan volume, tetapi juga pada pengalaman pelanggan. Dengan aplikasi digital yang ramah pengguna dan layanan konsultasi yang professional, BSI berhasil menarik lebih banyak pelanggan baru. Ini menunjukkan bahwa industri emas di Indonesia masih memiliki ruang yang luas untuk berkembang, terutama dengan dukungan dari regulasi dan teknologi yang semakin maju.

Investasi dalam emas bukan hanya untuk menghindari inflasi, tetapi juga sebagai bentuk diversifikasi portfolio. BSI terus berinovasi dengan menawarkan berbagai produk emas, mulai dari tabungan hingga produk investasi jangka panjang. Dengan demikian, mereka tidak hanya membantu masyarakat menjaga kekayaan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi melalui bisnis syariah yang berkelanjutan.

Saat pasar emas terus menarik perhatian, BSI siap menjadi mitra utama bagi mereka yang ingin memanfaatkan potensi emas dengan cara yang etis dan menguntungkan. Dengan dukungan teknologi dan lisensi yang unik, BSI cukup optimis untuk terus tumbuh dan memberikan manfaat bagi masyarakat secara lebih luas.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan