Pedagang thrifting di Pasar Senen mulai mengalami kemunduran

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa telah mengukuhkan kebijakan yang melarang impor pakaian bekas, yang sekarang mulai memengaruhi pasar thrifting di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Para pedagang di tempat ini mulai merasakan dampak karena stok barang semakin menipis, sementara pembaruan stok sudah tidak lagi terjadi.

Di Blok III, salah satu penjual pakaian dalam bekas yang tidak ingin namanya disebutkan mengungkapkan kesusahan saat ini. Ia menyebutkan bahwa kapal-kapal yang biasanya mengangkut barang bekas tidak lagi diperbolehkan memasuki pelabuhan. “Sekarang stok habis, tidak ada lagi barang masuk. Semua sudah berat, kapal pun tidak boleh lagi masuk,” katanya saat ditemui Thecuy.com, Senin (27/10/2025).

Menurutnya, jika kondisi ini terus berlanjut dan stok barang benar-benar habis, Pasar Senen Blok III akan kehilangan banyak pelanggan. Hal ini karena area ini sangat bergantung pada penjualan pakaian bekas impor. “Sekarang banyak pengunjung yang datang karena mencari thrifting. Jika tidak ada lagi barang bekas, pasar ini akan sepi,” katanya.

Situasi ini juga membuat pedagang lainnya, seperti penjual makanan di lantai atas, khawatir. Mereka sangat bergantung pada keramaian pasar untuk menjalankan bisnis mereka. Seorang penjual jaket bekas impor yang tidak mau dinyatakan namanya juga mengungkapkan nahmnya. “Kalau barang second ini benar-benar habis, pengunjung mungkin tidak akan lagi datang. Di sini, yang ramai justru pengunjung yang mencari barang-barang bekas,” ungkapnya.

Purbaya Yudhi Sadewa sebelumnya telah menggarisbawahi komitmennya untuk memerangi impor pakaian bekas ilegal. Dia menjelaskan bahwa Pasar Senen, yang dikenal sebagai pusat thrifting di Jakarta, akan mengalami transformasi. “Bisnis di Pasar Senen tidak akan tutup. Nanti akan diisi dengan produk buatan dalam negeri,” katanya saat ditemui di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Rabu pekan lalu.

Purbaya menegaskan bahwa pemerintah tidak mendukung UMKM yang menjual barang ilegal. Langkah ini diambil untuk mendukung UMKM yang legal, yang dapat menciptakan lapangan kerja dan mendorong produksi dalam negeri. Dia juga berjanji untuk menindak tegas importir pakaian bekas ilegal, termasuk dengan memberikan mereka denda. “Saya baru tahu istilah balpres. Impor baju bekas, bagaimana penanganannya. Ternyata hanya bisa dimusnahkan, impor yang masuk penjara, saya tidak mendapat duit, pelakunya tidak didenda. Jadi saya rugi, cuma keluar ongkos untuk memusnahkan barang itu,” tambahnya.

Pasar Senen bukan hanya tempat untuk berbelanja, tetapi juga pusat komunitas yang hidup. Dengan pengaruh ekonomi yang besar, perubahan ini tidak hanya mempengaruhi pedagang thrifting, tetapi juga seluruh ekosistem pasar. Masyarakat diharapkan dapat beradaptasi dengan produk lokal, sementara pemerintah berusaha memperkuat industri tekstil dalam negeri. Masa depan Pasar Senen akan ditentukan oleh seberapa cepat dan baik mereka dapat menyesuaikan diri dengan perubahan ini.

Meskipun tantangan besar terlihat di depan, ini juga peluang untuk merenovasi pasar dan mendukung ekonomi lokal. Dengan dukungan yang tepat, Pasar Senen dapat menjadi contoh bagaimana pasar tradisional dapat berkembang tanpa bergantung pada impor ilegal. Semangat dan adaptabilitas pedagang di sini akan menjadi kunci sukses dalam menghadapi masa depan yang lebih baik.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan