Skandal ‘Sembelih Babi’ Kripto Taipan Chen Zhi: 5 Fakta Menyengat

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Chen Zhi, pemimpin Prince Holding Group, menjadi sorotan setelah otoritas Amerika Serikat (AS) menuduhnya terlibat dalam jaringan kriminal transnasional terbesar di Asia. Dia diperkirakan sebagai mastermind penipuan kripto skala besar dengan skema “sembelih babi”. Pemerintah AS telah menyita lebih dari 14 miliar dolar dalam bentuk bitcoin. Chen diduga mengoperasikan penipuan kripto raksasa yang melibatkan sistem kerja paksa.

Dikutip dari Channel News Asia, Minggu (26/10), jaksa federal AS mendakwa Chen dalam konspirasi penipuan dan pencucian uang. Chen dan sekutunya diduga menghasut kerja paksa untuk menipu potensi investor, dengan hasil kejahatan digunakan untuk membeli yacht, jet pribadi, dan lukisan Picasso. Selain itu, dia dikaitkan dengan kekerasan terhadap pekerja, suap pejabat asing, dan penggunaan bisnis judi daring serta penambangan kripto untuk mencuci uang ilegal. Jaksa AS Joseph Nocella mengamati Chen sebagai pemimpin operasi penipuan investasi terbesar dalam sejarah, dengan skema “sembelih babi” yang meraup 30 juta dolar AS setiap hari.

Menurut CNN (26/10), penipuan ini menghasilkan 30 juta dolar AS per hari. Otoritas AS telah menyita kripto senilai 15 miliar dolar dari Chen setelah investigasi panjang. Hasil kejahatan ini diduga digunakan untuk membeli karya seni Picasso, jet pribadi, dan properti mewah di London. Chen juga didakwa sebagai pemimpin dunia gelap penipuan daring di Asia Tenggara, dengan dukungan politisi berkuasa. Penipuan ini menyebabkan kerugian sebesar 10 miliar dolar untuk korban AS pada tahun lalu. Prince Group, perusahaan Chen, telah dinyatakan sebagai organisasi kriminal transnasional, dengan lebih dari 100 perusahaan cangkang yang dialirkan uang ke berbagai negara. Jacob Sims, peneliti Harvard University, mengamati Chen bukan sebagai mafia biasa, melainkan wajah ekonomi kriminal dilindungi negara. Prince Group sebelumnya menyangkal tuduhan, namun pernyataan ini telah dihapus dari situs mereka.

Jaksa AS mendakwa Chen membangun setidaknya 10 kompleks di Kamboja sebagai kamp kerja paksa. Para pekerja, sebagian besar migran yang dipaksa, digunakan untuk menghubungi korban melalui media sosial dengan janji investasi kripto berimbal hasil besar. Uang korban dialirkan ke Prince Holding Group dan perusahaan cangkang, digunakan untuk membiayai gaya hidup mewah seperti liburan, jam tangan mewah, dan karya seni. Kamp-kamp ini dilengkapi asrama berdinding tinggi, kawat berduri, dan pusat kendali seperti call center dengan ribuan ponsel palsu. Lokasi salah satunya dikaitkan dengan Jinbei Casino Hotel dan Golden Fortune. Departemen Keuangan AS mengungkap para pekerja dikurung, diisolasi, dan kerap dipukuli. Foto dalam dakwaan menunjukkan luka-luka pada para korban. Chen sendiri mengizinkan kekerasan terhadap pekerja yang dianggap masalah, dengan catatan agar tidak “dipukuli sampai mati”. Beberapa pekerja dilaporkan dipukuli hingga hampir meninggal saat melarikan diri.

Chen masih buron setelah didakwa in absentia di AS, dengan ancaman hukuman hingga 40 tahun penjara. Aset 127.271 bitcoin yang disita dapat digunakan untuk mengganti kerugian korban, dengan nilai saat ini sekitar 113.000 dolar AS. Pada tahun lalu, warga AS kehilangan 10 miliar dolar terkait penipuan berbasis Asia Tenggara, naik 66 persen dari 2023. Chen adalah pemain dominan dalam bisnis gelap ini, dengan investigasi oleh otoritas China sejak 2020. Juru bicara Prince Holding Group, Gabriel Tan, belum memberikan tanggapan.

Chen, lahir di Fujian, China, pada 16 Desember 1987, awalnya berbisnis warnet dan pusat gim di Fuzhou. Pada 2011, dia terjun ke investasi real estat di Kamboja melalui perfilman DW Capital Holdings di Singapura. Pada dekade 2010-an, banyak pengembang Tiongkok membangun kasino di Sihanoukville, Kamboja, yang menjadi pusat judi dengan regulasi longgar. Chennaturalisasi menjadi warga Kamboja, mendapatkan gelar kehormatan dan pengaruh di kalangan elite. Dia menjadi penasihat senior pemerintah, dan dianugerahi gelar “neak oknha”. Berdasarkan dakwaan AS, Chen pernah berkunjung ke AS pada April 2023 dengan paspor diplomatik, yang diduga diperolehnya dengan suap.

Di era digital seperti ini, kasus Chen Zhi menjadi peringatan tentang betapa kompleks dan jahat penipuan finansial dalam dunia kripto. Setiap investasi harus dipertimbangkan dengan hati-hati, dan kejahatan seperti ini memang harus ditangani dengan tegas. Mari jaga keamanan keuangan kita dengan pengetahuan dan kejelian.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan