Rencana Dana Rp 50 T dari Surat Utang

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

PT Danantara Investment Management (Persero) telah meluncurkan obligasi atau sukuk melalui jalur tanpa penawaran umum (EBUS) berupa Surat Utang Jangka Panjang (SUJP). Informasi ini tercatat dalam pengumuman PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada 16 Oktober 2025. Sayangnya, belum dijelaskan apakah obligasi ini termasuk dalam kategori Patriot Bond.

Obligasi yang diterbitkan terdiri dari dua jenis, masing-masing identik dengan kode DNTR01A1JP dan DNTR01B1JP. Volume total yang diharapkan mencapai Rp 50 triliun. Sering A dan Seri B menawarkan imbal hasil tetap sebesar 2 persen per tahun, dengan periode yang berbeda: Seri A selama lima tahun satu hari kalender, sementara Seri B selama tujuh tahun. Nilai pokok setiap jenis obligasi masing-masing berjumlah Rp 25 triliun.

PT Mandiri Sekuritas bertindak sebagai penata laksana dalam penerbitan obligasi ini, sedangkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) ditunjuk sebagai agen pemantau. Pengumuman KSEI menyatakan bahwa EBUS ini tunduk pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 30/POJK.04/2019 tentang penerbitan efek berupa utang atau sukuk tanpa penawaran umum. Penerbit dan pihak terkait dalam pemasaran obligasi ini bertanggung jawab memastikan kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan.

Pada 21 Oktober 2025, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mengumumkan pembelian obligasi SUJP milik BPI Daya Anagata Nusantara (Danantara). Transaksi ini melibatkan pembelian SUJP Seri A dan Seri B sebesar Rp 250 miliar masing-masing, dengan bunga 2 persen per tahun. Jatuh tempo untuk Seri A adalah 22 Oktober 2030, sedangkan Seri B pada 21 Oktober 2032.

Nilai investasi ini mencapai 1,76 persen dari ekuitas HM Sampoerna berdasarkan laporan keuangan tahunan tahun 2024 yang sudah diaudit. Manajemen HM Sampoerna menjelaskan bahwa investasi ini tidak termasuk dalam transaksi material menurut POJK No. 17/POJK.04/2020 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama. Mereka menyatakan bahwa investasi ini tidak memengaruhi kondisi keuangan atau kelangsungan usaha perusahaan, namun menunjukkan dukungan terhadap pembangunan berkelanjutan dan program pemerintah dalam pengelolaan lingkungan.

Data riset terbaru menunjukkan bahwa investasi dalam obligasi pemerintah atau sukuk semakin populer sebagai salah satu alternatif investasi yang lebih aman di tengah ketidakpastian ekonomi global. Tren ini diikuti oleh berbagai perusahaan besar, termasuk HM Sampoerna, yang tidak hanya melihat nilai keuangan, tetapi juga nilai sosial dan lingkungan dari investasi mereka.

Analisis unik dan simplifikasi: Pada keresidenan multinasional seperti Indonesia, penerbitan obligasi tanpa penawaran umum menjadi cara strategis untuk menarik investor tanpa beban proses yang rumit. Kode obligasi yang jelas dan imbal hasil tetap menarik minat pelaku pasar, khususnya dalam kondisi pasar yang sedang mencari stabilitas. Investasi HM Sampoerna tidak hanya berbobot kecil dalam ekuitasnya, namun juga bernilai simbolis dalam mengukuhkan komitmen korporasi terhadap pelestarian lingkungan.

Kesimpulan: Dalam era dimana kestabilan keuangan menjadi prioritas, investasi dalam obligasi seperti ini buka pintu bagi perusahaan untuk membangun portofolio yang seimbang. Tenaga vitalitas dan kesadaran lingkungan menjadi nilai tambah yang tak terabaikan dalam setiap langkah investasi. Setiap pilihan keuangan punya dampak jangka panjang, baik bagi perusahaan maupun masyarakat.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan