Peringatan Wali Kota Tasikmalaya tentang Perayaan Hari Jadi di Luar APBD

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Diky Candra, mengungkapkan dalam sebuah video yang luasnya bersirkulasi di media sosial bahwa perayaan Hari Jadi kota ke-24 dapat berlangsung tanpa menggunakan dana APBD. Hal ini menimbulkan reaksi beragam dari masyarakat, terutama terkait sumber pendanaan acara besar tersebut.

Dalam rekaman tersebut, Diky mengaku sempat khawatir perayaan tidak dapat dilaksanakan karena kondisi keuangan daerah yang sedang diefisiensi. β€œKami sempat bingung ketika hendak merayakan ulang tahun kota, namun tidak memiliki dana APBD karena efisiensi pengeluaran,” ujarnya.

Namun, akhirnya berbagai pihak justru memberikan dukungan dan bantuan tanpa harus bergantung pada kas daerah. β€œQodarullah, Jampidum pusat menggelar acara sepedahan dan berbagi hadiah, sedangkan Pangkoarmada menyumbangkan bantuan untuk rutilahu sekolah dan program lain. Alhamdulillah banyak yang menyupport,” jelasnya.

Diky menetapkan bahwa karnaval dan berbagai hiburan dalam peringatan Hari Jadi ke-24 tidak menggunakan uang masyarakat. β€œMasyarakat pastinya berpikir bahwa pemkot tidak punya uang, padahal bisa mengadakan karnaval. Kami tidak menggunakan APBD atau artos rakyat. Mereka datang untuk menghibur dan membahagiakan warga Tasikmalaya,” katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia Hari Jadi ke-24, Asisten Daerah II Hanafi, menjelaskan bahwa dana APBD tetap ada, namun sebagian besar didukung oleh pemerintah pusat, lembaga vertikal, dan pihak swasta. β€œAPBD tetap ada, tapi tidak menjadi komponen utama. Partisipasi lain seperti dari APBN, anggota DPR RI pusat, sumbangan swasta, dan dukungan instansi vertikal serta BUMN lebih besar porsinya,” jelasnya.

Hanafi mengungkapkan bahwa konsep perayaan kali ini lebih memfokuskan pada kesatuan dan kolaborasi. Banyak kegiatan didukung oleh kontribusi masyarakat, pelaku usaha, serta lembaga pemerintah non-daerah. β€œIni perayaan daerah, pesta rakyat. Kalau semua dibiayai APBD, tentu berat. Sekarang justru semua pihak merasa berkontribusi. Banyak hadiah dan bantuan dari tokoh, instansi, dan masyarakat,” tambahnya.

Sementara itu, studi kasus menunjukkan bahwa model kolaborasi seperti ini sering dilakukan dalam perayaan kota di berbagai wilayah. Misalnya, dalam perayaan Hari Jadi Bandung beberapa tahun lalu, pemerintah daerah bekerja sama dengan swasta dan masyarakat untuk mengurangi beban keuangan. Hal ini tidak hanya menghemat dana publik, tetapi juga meningkatkan semangat gotong-royong.

Dari analisis ini, dapat disimpulkan bahwa pendanaan bersama tidak hanya mengurangi beban keuangan pemerintah daerah, tetapi juga mendorong partisipasi masyarakat yang lebih aktif. Hal ini juga memperkuat hubungan antara pemerintah dan warga. Jadi, perayaan Hari Jadi Tasikmalaya tidak hanya sebagai acara formal, tetapi juga sebagai momen untuk mengukuhkan semangat kesatuan dan kolaborasi.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan