Trump Mengakui Korea Utara sebagai Kekuatan Nuklir

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengkategorikan Korea Utara sebagai “negara yang memiliki kekuatan nuklir” saat tengah menuju ke Asia dalam kunjungan yang kemungkinan akan melibatkan pertemuan dengan pemimpin Pyongyang, Kim Jong Un. Dalam wawancara dengan wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One, Trump mengungkapkan pendapatnya terhadap permintaan Korea Utara untuk pembukaan dialog dengan AS, yang diharapkan sebagai negara yang diakui punya senjata nuklir.

Trump mengakui bahwa Korea Utara telah mengembangkan banyak senjata nuklir, sehingga ia sepakat dengan klaim tersebut. Ia juga menyebutkan keinginannya untuk bertemu Kim Jong Un selama kunjungan ke Korea Selatan, yang dijadwalkan pada Rabu (29/10) untuk ikut dalam Forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC). Menurut Trump, dia sudah menginformasikan Kim tentang kunjungannya, dan mereka memiliki hubungan yang dekat.

Meskipun ada spekulasi tentang pertemuan antara Trump dan Kim, pejabat senior AS menegaskan bahwa tidak ada rencana formal untuk pertemuan tersebut selama kunjungan ini. Namun, Kim Jong Un sebelumnya telah menunjukkan keinginan untuk berunding dengan AS jika Washington membatalkan tuntutan agar Pyongyang menyerahkan senjata nuklirnya. Pertemuan terakhir antara kedua pemimpin terjadi pada tahun 2019 di Area Keamanan Bersama (JSA) di Zona Demiliterisasi (DMZ) yang membagi Korea Utara dan Selatan.

Sementara itulah, Menteri Unifikasi Korea Selatan, Chung Dong Young, mengamini adanya peluang besar untuk pertemuan Trump-Kim dalam kunjungan ini. Namun, pejabat AS menegaskan bahwa pertemuan itu belum masuk dalam jadwal. Kim Jong Un juga pernah mengungkapkan memiliki kenangan indah tentang Trump dan terbuka untuk berunding dengan AS jika Washington membatalkan tuntutan agar Pyongyang menyerahkan senjata nuklir mereka.

Korea Utara telah menunjukkan keterlibatan serius dalam program nuklir mereka, yang menjadi pokok perdebatan dalam hubungan internasional. Trump, dengan posisi yang lebih fleksibel, tampaknya memandang Korea Utara sebagai pemain yang harus dihadapi dengan strategi diplomasi yang berbeda. Pertemuan antara kedua pemimpin, jika terjadi, dapat menjadi langkah penting dalam upaya normalisasi hubungannya.

Di era modern, hubungan antara negara-negara yang dipersenjatai nuklir selalu menjadi titik pendorong dalam geopolitik global. Kasus Korea Utara menunjukkan bahwa diplomasi tetap menjadi jembatan utama untuk mencapai kestabilan. Meskipun ancaman nuklir masih ada, kemungkinan pertemuan antara Trump dan Kim Jong Un membuka peluang baru bagi dialog dan potensi solusi damai dalam krisis ini.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan