Kondisi Paru-paru yang Berbahaya Akibat Penyiraman Mikroplastik

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Jakarta merupakan kota yang sekarang menjadi pusat perhatian karena adanya laporan tentang keberadaan partikel mikroplastik dalam air hujan. Partikel berbahaya ini diyakini berasal dari berbagai aktivitas manusia di perkotaan, mulai dari penggunaan plastik sekali pakai, limbah kendaraan, hingga proses degradasi sampah plastik di sekitar lingkungan. Keberadaan mikroplastik ini tidak hanya mencemari perairan dan tanah, tetapi juga telah meresap ke dalam atmosfer, menimbulkan kekhawatiran serius.

Bahaya yang ditimbulkan oleh mikroplastik semakin membesar karena ukuran partikelnya yang sangat kecil, bahkan lebih halus dari debu biasa. Hal ini memungkinkan partikel tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, air, atau makanan. Paparan jangka panjang terhadap mikroplastik dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, terutama gangguan pada sistem pernapasan dan paru-paru.

Spesialis paru Dr. Agus Susanto, SpP(K), menjelaskan bahwa mikroplastik adalah partikel halus yang berasal dari degradasi berbagai jenis plastik, dengan ukuran antara 1 mikrometer hingga 5 milimeter. Mikroplastik primer dapat berasal dari produk kosmetik, detergen, hingga insektisida, sedangkan mikroplastik sekunder terbentuk dari pecahan botol plastik, kantong belanja, wadah makanan, dan produk plastik lainnya.

Partikel mikroplastik ini dapat terbawa oleh udara, mengalami pengendapan secara kering atau basah di permukaan bumi. Selain ada di udara, mikroplastik juga dapat menempel pada sayuran, makanan, dan akhirnya masuk ke dalam tubuh melalui proses tertelan. Partikel yang berada di udara permukaan dapat terhirup dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran napas. Saat terhirup, mikroplastik dan nanoplastik dapat bersirkulasi di dalam tubuh atau tertangkap di berbagai lokasi, tergantung pada ukuran partikelnya. Partikel berukuran lebih dari 5 mikrometer biasanya terperangkap di saluran napas atas, sedangkan partikel berukuran 1-5 mikrometer dapat tereposit di jaringan paru. Partikel yang lebih kecil dari 1 mikrometer mampu mencapai alveoli paru melalui proses difusi, sementara partikel di bawah 500 nanometer dapat difagositosis oleh makrofag alveolus.

Dr. Agus menambahkan bahwa mikroplastik yang terhirup dapat menimbulkan berbagai dampak tergantung pada ukuran partikelnya. Partikel dengan ukuran di atas 5 mikrometer biasanya hanya mencapai saluran napas atas, menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan. Gejala yang timbul meliputi hidung berair, rasa gatal di hidung, sakit tenggorokan, dan batuk. Sementara itu, mikroplastik berukuran antara 0,5 hingga 5 mikrometer dapat mencapai saluran napas bawah hingga alveoli paru. Paparan pada area ini dapat menimbulkan iritasi dan peradangan di saluran napas bawah maupun jaringan paru, yang memicu gejala seperti batuk, dahak berlebih, dan sesak napas.

Pada orang dengan penyakit paru seperti asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), paparan terhadap mikroplastik dapat meningkatkan risiko serangan asma dan perburukan kondisi PPOK. Dalam jangka panjang, terinhalasi mikroplastik pada saluran napas bawah berpotensi menimbulkan penyakit paru seperti asma, PPOK, peradangan paru (pneumonitis), penyakit fibrosis paru, dan bahkan kanker paru.

Mikroplastik telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia, terutama bagi sistem pernapasan. Pengetahuan tentang dampaknya harus menjadi pengingat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengurangi penggunaan plastik dan mengelola limbah dengan bijak. Langkah-langkah pencegahan dan penelitian lebih dalam diperlukan untuk membatasi dampak mikroplastik pada kesehatan kita.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan