Gangguan Tidur Pramono Akibat Kekhawatiran Nasib Tiang Monorel Mangkrak

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengungkapkan ketidaknyamanannya karena sulit tidur karena khawatir dengan nasib tiang-tiang proyek monorel yang tertinggal di beberapa lokasi di Jakarta. Dia menegaskan bahwa struktur tersebut tidak boleh terus ditinggalkan begitu saja.

“Kesulitan tidur saya dan mimpiku selalu tentang monorel,” ungkap Pramono saat berbicara di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Sabtu (25/10/2025).

Pramono menjelaskan bahwa keberadaan tiang monorel tersebut telah menjadi simbol ketidakpastian dalam pembangunan kota. Proyek ini telah berdiri tanpa fungsi yang jelas selama hampir dua dekade. “Inisiasi monorel dimulai tahun 2002, dengan upacara peletakan batu pertama tahun 2004. Sekarang sudah hampir 20 tahun, bukan 14 tahun,” katanya.

Acara peletakan batu pertama pada waktu itu dilakukan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Pramono mengingat peristiwa tersebut karena ia sendiri yang hadir bersama Megawati saat itu. “Gubernur pada masa itu adalah Sutiyoso. Singkat cerita, setelah 6-7 tahun proyek terhenti, pemerintahan berubah, gubernur berganti, dan seterusnya,” tambahnya.

Oleh karena itu, Pramono berharap masalah tiang monorel dapat segera diselesaikan secara total. Pemerintah provinsi saat ini sedang koordinasi dengan aparat penegak hukum seperti Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta dan KPK. “Saya ingin masalah ini terselesaikan. Terima kasih atas dukungan dari aparat penegak hukum, terutama Kejaksaan Jakarta dan KPK,” ungkapnya.

Sebelumnya, Pramono Anung telah menjamin bahwa pemecahan tiang monorel yang tertinggal di beberapa lokasi seperti Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia Afrika, Jakarta Pusat, akan dimulai awal tahun depan. Targetnya tiang monorel akan dibersihkan mulai Januari 2026. “Semoga bulan Januari depan kita sudah bisa mulai membersihkan,” tutur Pramono di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Selasa (14/10).

Pramono menyatakan penyelesaian masalah tiang monorel menjadi salah satu prioritas utama. Dia meminta dukungan dan doa agar proyek ini dapat segera diselesaikan. “Mohon doakan agar saya bisa menyelesaikannya segera,” ujarnya.

Pramono Anung telah mengumpulkan berbagai pembaruan terkait proyek monorel yang tertinggal selama bertahun-tahun. Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa proyek ini telah menelan biaya yang besar namun belum memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat. Studi kasus di kota-kota lain menunjukkan bahwa proyek infrastruktur yang tertinggal dapat menjadi beban finansial dan menurunkan citra pemerintah daerah.

Pemerintah DKI Jakarta juga telah melakukan analisis terhadap dampak lingkungan dan sosial dari tiang-tiang monorel yang tertinggal. Tidak hanya menimbulkan kerusakan estetika, tiang-tiang tersebut juga dapat menimbulkan bahaya bagi masyarakat sekitar.

Selain itu, Pramono Anung telah mengajukan proposal untuk mengubah tiang-tiang monorel yang tertinggal menjadi tempat wisata atau instalasi seni, sehingga tidak hanya menjadi beban bagi kota namun juga menjadi nilai tambah. Rencana ini masih dalam tahap perencanaan dan memerlukan dukungan dari berbagai pihak.

Memang, tiang monorel yang tertinggal ini sudah menjadi masalah yang lama. Namun, dengan dukungan yang kuat dari aparat penegak hukum dan masyarakat, ada harapan bahwa proyek ini akan segera diselesaikan. Pramono Anung juga telah menunjukkan komitmennya untuk memastikan bahwa proyek-proyek infrastruktur di Jakarta akan selalu berjalan sesuai rencana dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

Jakarta memiliki potensi yang besar untuk menjadi kota yang maju dan berdaya saing tinggi. Dengan penyelesaian masalah tiang monorel, kota ini akan melangkah lebih dekat menuju visi tersebut. Semoga pemerintah dapat lebih cepat menindaklanjuti permasalahan ini agar Jakarta menjadi kota yang lebih ramah dan berdaya guna bagi semua warganya.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan