Fadli Zon Ungkap Kesedihan karena Kematian Dalang Hebat Ki Anom

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengungkapkan kesedihan yang mendalam atas pergiya Ki Anom Suroto, dalang besar yang meninggal dunia pada Kamis (23/10). Beliau mengagumi almarhum sebagai pionir pewayangan yang telah memberikan sumbangan besar dalam mempertahankan seni pedalangan dan warisan budaya Indonesia.

Dalam acara takziah di rumah tangga, Fadli bersama Direktur Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan, mengucapkan rasa terima kasih yang mendalup terhadap ketaatan almarhum terhadap seni pedalangan dan perjuangan untuk melestarikan budaya Indonesia.

Fadli juga menyatakan duka yang mendalam atas kehilangan Ki Anom Suroto, seorang maestro pedalangan yang telah menjadi íkon inspirasi bagi banyak seniman di seluruh negeri.

Almarhum telah memberikan dampak besar dalam perkembangan kebudayaan, terutama di bidang pewayangan, pedalangan, budaya Jawa, dan seni tradisional Indonesia secara umum, tercatat dalam keterangan tertulis pada Jumat (24/10/2025).

Beliau juga berharap agar generasi muda dapat melanjutkan semangat dan komitmen almarhum dalam menjaga kebudayaan, secara khusus seni pedalangan. Diwariskan pula harapan agar muncul generasi seniman muda yang memiliki kemampuan dan dedikasi tinggi seperti Ki Anom Suroto.

Ki Bayu Aji, putra almarhum Ki Anom Suroto dan sekaligus dalang wayang kulit, mewakili keluarga mengucapkan terima kasih atas doa dan penghargaan dari Menteri Kebudayaan serta pemerintah atas dedikasi sang ayah dalam seni dan budaya.

“Semoga almarhum Bapak mendapatkan surga yang paling baik dan wafat dengan keadaan khusnul khotimah. Insya Allah, saya akan meneruskan pesan beliau: mari kita megahkan nama Indonesia melalui budaya,” ujar Ki Bayu Aji.

Ki Anom Suroto, lahir di Klaten pada 11 Agustus 1948, mulai belajar seni pedalangan sejak usia 12 tahun. Beliau belajar langsung dari sang ayah, Ki Sadiyun Harjadarsana, dan guru besar Ki Narto Sabdo untuk membangun dasar yang kokoh dalam dunia pewayangan.

Selama lebih dari lima puluh tahun, Ki Anom telah mempertunjukkan wayang kulit di berbagai belahan dunia, sehingga mendapat julukan dalang lima benua. Selain sebagai seniman, ia juga aktif dalam organisasi seni dan pernah menjabat sebagai Ketua III Pengurus Pusat Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) periode 1996-2001.

Ki Anom Suroto telah menyumbangkan banyak dalam menjaga dan mengembangkan seni tradisi di Indonesia. Pergiya beliau menjadi kerindu bagi dunia kebudayaan, terutama bagi komunitas seni pedalangan dan seniman tradisional.

Seni pewayangan tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana edukasi moral dan spiritual. Studi terbaru menunjukkan bahwa pesan-pesan dalam wayang kulit masih relevan untuk generasi sekarang, terutama dalam membina karakter dan nilai-nilai moral. Sebuah kasus sukses terlihat di beberapa sekolah yang mengadopsipakai cerita wayang dalam pembelajaran karakter, menunjukkan dampak positif terhadap perilaku siswa.

Peninggalan Ki Anom Suroto tidak hanya berupa karya-karyanya, tetapi juga semangat untuk terus mempertahankan dan mengembangkan budaya. Dalam era modern ini, penting bagi kita untuk mengangkat kembali warisan seperti ini, bukan hanya sebagai simbol kemaslahatan, tetapi juga sebagai landasan identitas nasional yang kuat. Mari kita berpartisipasi aktif dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya Indonesia, agar pesan-pesan berharga seperti yang dibawa oleh Ki Anom tetap hidup sepanjang masa.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan