Panas Ekstrim Membahayakan, Dokter Saraf Jelaskan Perbedaannya dengan Stroke

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Cuaca panas yang ekstrem saat ini membuat banyak orang waspada terhadap resiko heatstroke, terutama bagi mereka yang sering melakukan aktivitas di luar rumah. Namun, ada yang masih salah mengartikan bahwa heatstroke sama dengan stroke.

Menurut pakar saraf dr Zicky Yombana Babeheer, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan baik dari segi mekanisme maupun penyebabnya. Heatstroke atau sering disebut sebagai sengatan panas terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi mengatur suhu internalnya akibat terlalu lama terpapar panas. Hal ini menyebabkan suhu tubuh naik drastis dan dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani.

“Dalam kondisi cuaca yang sangat panas, otot-otot pembuluh darah di tubuh akan melebar untuk membantu melepaskan panas. Namun, justru pelebaran ini yang dapat mengurangi aliran darah ke otak,” jelas dr Zicky dalam wawancara dengan media pada Rabu (22/10/2025).

Akibatnya, seseorang yang menderita heatstroke bisa mengalami pingsan, hilangnya kesadaran, atau bahkan kolaps. Sementara itu, stroke terjadi karena tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah di otak. “Pada stroke, aliran darah ke otak berhenti tiba-tiba karena penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh (stroke hemoragik). Pada heatstroke, darah tetap mengalir, namun pasokan oksigen ke otak menurun karena tekanan darah menurun akibat pelebaran pembuluh darah,” terangnya.

dr Zicky juga membantah hoax yang sering beredar tentang kaitan antara mandi air panas atau dingin dengan resiko serangan stroke. “Mandi air hangat atau dingin seperti makan bubur yang diaduk atau tidak, sama saja, tergantung kebiasaan masing-masing. Tidak ada hubungannya dengan stroke,” katanya dengan tegas.

Jika gejala heatstroke mulai muncul, segera pindah ke tempat yang sejuk, longgarkan pakaian, minum air putih, dan gunakan kompres air dingin untuk tubuh. Untuk mencegah resiko heatstroke, pastikan selalu minum air putih, hindari kegiatan berat di siang hari, pakai pakaian longgar dan berwarna terang, serta istirahat dengan cukup.

Data riset terbaru menunjukkan bahwa peningkatan suhu global meningkatkan frekuensi kasus heatstroke, terutama di wilayah dengan iklim tropis seperti Indonesia. Studi menunjukkan bahwa peningkatan hanya 1 derajat Celsius pada suhu udara dapat meningkatkan risiko heatstroke hingga 30 persen.

Studi kasus di negara-negara dengan musim panas ekstrim, seperti Australia, menunjukkan bahwa tindakan cepat dalam mengatasi heatstroke dapat mengurangi kematian hingga 50 persen. Dengan mengikuti langkah-langkah pencegahan yang sederhana, kita dapat menurunkan risiko tersebut.

Demi kesehatan kita dan keluarga, mari beradaptasi dengan perubahan cuaca dan selalu waspada terhadap gejala-hejalanya. Ketika terasa suhu tubuh naik tiba-tiba, jangan ragu-ragu untuk segera melakukan tindakan yang benar. Ingat, pengawasan diri dan tindakan cepat adalah kunci untuk menjaga kesehatan di tengah cuaca yang semakin ekstrem.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan