MUI Mengecam Pesta Gay di Surabaya: Perbuatan Terkutuk Tuhan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Anwar Abbas, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, mengecam keras pesta yang melibatkan 34 pria di sebuah hotel di Ngagel, Surabaya. Menurutnya, acara tersebut tidak sesuai dengan ajaran agama dan bahkan dinyatakan terkutuk.

“Acara seks antara sesama jenis yang terjadi di hotel di Surabaya, Jawa Timur, sangat memalukan. Tindakan tersebut jelas melanggar perintah Tuhan,” katanya kepada wartawan, Jumat (24/10/2025). Abbas menegaskan bahwa semua agama yang diakui di Indonesia menolak praktik sesama jenis karena bertentangan dengan hukum alam.

“Dalam enam agama yang dianut di Indonesia, tidak ada satu pun yang mengizinkan hal tersebut. Sesungguhnya, laki-laki seharusnya bersandung dengan perempuan, bukan dengan sesamanya,” ungkapnya. Abbas juga menduga jika tindakan seperti ini terus berlanjut, kemanusiaan akan sangat terancam. “Jika laki-laki menikahi laki-laki dan perempuan menikahi perempuan, maka tidak ada lagi keturunan manusia di dunia. Hal ini adalah perbuatan yang antimanusia.”

Sementara itu, Asrorun Ni’am, Ketua MUI Bidang Fatwa, menuntut penanganan hukum yang lebih keras agar menjadi peringatan bagi lain. “Perlu adanya sanksi yang tegas agar tidak ada yang berani melakukannya lagi,” katanya. Ni’am juga mendesak masyarakat untuk aktif dalam mencegah dan melaporkan kegiatan semacam itu. “Jaga satu sama lain, hindari kebiasaan yang bahaya, dan laporkan segera jika terdapat tanda-tanda kegiatan ilegal.”

Polisi telah menahan 34 pria terkait pesta ini, termasuk pendana, admin utama, admin pembantu, hingga peserta. Data kesehatan menunjukkan 29 dari mereka positif HIV, sementara lima lainnya negatif. Kepala Dinkes Surabaya, Nanik Sukristina, mengonfirmasi hal ini.

Di masa sekarang, diskusi tentang hak-hak minoritas terus berlangsung. Sementara beberapa negara sudah mengakui pernikahan sesama jenis, masih banyak yang menolaknya dengan alasan agama dan moralitas. Studi menunjukkan bahwa kesehatan mental dan fisik individu LGBTQ+ seringkali terancam tanpa dukungan yang memadai.

Pertanyaan yang mengapit topik ini adalah bagaimana masyarakat dan pemerintah dapat mencapai keseimbangan antara kebebasan individu dengan nilai-nilai agama dan budaya yang ada. Kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa perpecahan dalam pandangan ini tidak akan segera hilang. Namun, toleransi dan dialog konstruktif tetap menjadi kunci untuk mengatasi konflik yang mungkin timbul.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan