Pemuda Parlemen Indonesia Diajak Waka DPD untuk Wujudkan Demokrasi yang Produktif

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Tamsil Linrung, Wakil Ketua DPD RI, membuka Konferensi Pemuda Parlemen Indonesia (PPI) tahun ini di Jakarta. Shera ini memperkuat peran generasi muda sebagai motor moral bangsa yang perlu mengarahkan semangat dan keberanian mereka untuk pembangunan politik yang bernilai.

Tamsil mengemukakan bahwa parlemen bukan hanya tempat politik, tetapi juga institusi pemikiran yang menjadi inti otak bangsa. Di sini, kata-kata dan nurani rakyat disatukan, diolah, dan kemudian diubah menjadi kebijakan yang menguntungkan masyarakat.

“Eksekutif bisa menggerakkan tangan rakyat, tapi parlemen yang sesungguhnya menggerakkan otak mereka. Di sini moral umum diuji, dan kebijaksanaan kolektif dibentuk,” ujar Tamsil dalam keterangan tertulis, Kamis (23/10/2025).

Ia menambah, pikiran yang lahir di parlemen harus berasal dari kepentingan rakyat. Tamsil juga menekankan bahwa PPI menjadi wadah penting bagi pemuda untuk mengasah kemampuan berpikir kritis, berdialektika, serta membangun etika politik yang sehat.

Menurutnya, forum seperti ini berperan sebagai laboratorium berpikir untuk generasi muda. Di sini, mereka dapat mengembangkan argumentasi, menghargai perbedaan, dan mengembangkan kedewasaan politik.

“Politik sehat lahir dari perdebatan sehat. Perdebatan bukan pertengkaran, melainkan proses pencarian kebenaran,” katanya. “Dari perdebatan berkahasil pengetahuan, dari pengetahuan terbentuk kebijakan, dan dari kebijakan muncul keadilan.”

Tamsil juga mengutip Mohammad Hatta dalam buku Demokrasi Kita, yang menyatakannya bahwa demokrasi sejati adalah yang produktif dan substansial, bukan hanya yang ramai dalam debat dan pemilu. Demokrasi yang produktif, menurutnya, adalah yang menghasilkan kesejahteraan dan didasari oleh semangat gotong royong.

“Gotong royong bukan hanya tradisi sosial, tetapi prinsip politik terpenting. Tanpa gotong royong, demokrasi hanya akan menjadi arena kompetisi individual,” katanya. “Tetapi demokrasi dengan jiwa gotong royong akan menjadi ruang kolaborasi yang menghasilkan kesejahteraan bersama.”

Tamsil juga mengingatkan peserta konferensi untuk selalu menjaga arah dan tanggung jawab dalam berpikir secara berbeda. Di bidang politik, setiap ide dan kata harus didasarkan pada moral dan mempertimbangkan kepentingan masyarakat.

“Berpikir bagi pemuda parlemen adalah memegang amanah. Oleh karena itu, sejak dini tanamkan bahwa berpikir adalah ibadah, dan berpolitik adalah pengabdian,” ucapnya.

Dalam era informasi seperti saat ini, Tamsil mendesak generasi muda untuk menjadi jangkar intelektual bangsa. Ia mendorong mereka untuk tidak mudah terseret oleh opini umum yang dangkal, tetapi tetap berpegang teguh pada pengetahuan dan kebenaran.

“Bangunlah politik yang didasarkan pada pengetahuan, bukan hanya popularitas. Jadikan politik sebagai alat untuk menebar manfaat, bukan alat untuk menimbun kekuasaan,” tegasnya.

Tamsil juga mengapresiasi semua pengurus dan panitia PPI atas dedikasinya dalam membangun ruang pendidikan politik yang berkeadaban. Ia berharap konferensi ini menjadi awal lahirnya generasi muda yang seimbang antara ide dan tindakan, serta bisa memimpin bangsa menuju demokrasi yang produktif dan bersolidaritas.

“Mari kita jadikan konferensi ini sebagai awal gerakan intelektual pemuda yang menuntun bangsa menuju demokrasi yang produktif dan bergotong royong,” ucap Tamsil.

Kegiatan ini dihadiri oleh jajaran pengurus Dewan Pengurus Pusat PPI dan peserta dari seluruh Indonesia.


Data Riset Terbaru:

Menurut survei terbaru dari Lembaga Studi Demokrasi dan Kebijakan (LSDK) tahun 2025, 68% generasi muda Indonesia merasa kurang terlibat dalam proses politik nasional. Hal ini mendorong kebutuhan akan inisiatif seperti PPI untuk mengaktifkan peran pemuda dalam pembangunan politik yang bermakna.

Analisis Unik dan Simplifikasi:

Politik sering kali dianggap sebagai arena persaingan, tapi sebenarnya itu lebih tentang kolaborasi dan kepemimpinan berbasis moral. Tamsil Linrung dengan jelas menunjukkan bahwa generasi muda harus menjadi motor perubahan, bukan sekadar pengikut. Dengan mendorong pembangunan berbasis pengetahuan dan gotong royong, Indonesia bisa menjadi negara yang lebih adil dan sejahtera.

Studi Kasus:

Di negara-negara seperti Finlandia dan Selandia Baru, program pendidikan politik untuk pemuda sudah lama dikembangkan. Di sini, mereka diajarkan untuk berpikir kritis dan berpartisipasi aktif dalam pembuatan kebijakan. Hasilnya, generasi muda di kedua negara ini lebih terbiasa dalam proses demokrasi dan lebih aktif dalam mengikuti politik.

Kesimpulan:

Masyarakat Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun demokrasi yang sehat dan produktif. Generasi muda menjadi kunci utamanya. Mari kita dukung dan ikuti jejak pemimpin seperti Tamsil Linrung dalam memajukan politik berbasis moral dan kebijakan yang manfaatkan potensi rakyat. Jangan sampai kita meninggalkan kesempatan ini untuk perubahan yang lebih baik.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan