Pedagang Warteg: Tak Mungkin Menyajikan Nasi Berlauk Ayam dengan Harga Rp 10.000

Di ibu kota, tempat makan sederhana yang dikenal sebagai warung Tegal menjadi pilihan utama bagi banyak orang untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Dengan uang sebesar Rp 10.000, seseorang dapat menikmati satu porsinya nasi dengan tambahan lauk yang sederhana. Sebagai contoh, Subaiti, pengemudi ojek online berusia 35 tahun, telah menunjukkan pengalaman seperti ini. Hari-hari ia memilih untuk bersantap di warung dengan menu sekitar Rp 10.000, dan seringkali menghabiskan tambahan uang untuk minum es atau kopi sebelum melanjutkan pekerjaannya. Dengan demikian, total pengeluaran makannya mencapai Rp 20.000 per kali makan. “Pilihan utama adalah yang murah, misalnya Rp 20.000an tadi. Jika tiga kali makan, sudah Rp 60.000,kan sebulan berapa?” kata Subaiti kepada Thecuy.com pada Rabu (22 Oktober 2025).

Di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, penjaga warung makan bernama Ida menjelaskan bahwa dengan Rp 10.000, pelanggan dapat memilih antara nasi dengan telur atau nasi dengan dua jenis sayuran. Namun, menu tersebut tidak termasuk minuman lain selain air mineral dalam gelas. Selain itu, dengan uang serupa, tidak mungkin untuk memesan nasi dengan lauk ayam, ikan, atau daging lainnya. “Rp 10.000 tidak mencukupi untuk ayam atau daging. Harga nasi dengan ayam sudah Rp 15.000, dan jika ditambah sayur, bisa lebih mahal tergantung jenis sayur yang dipilih,” jelasnya. Di daerah tersebut, pengunjung warung jarang memilih menu hanya dengan harga Rp 10.000, karena sebagian besar pelanggan adalah karyawan kantoran yang mungkin menginginkan lauk tambahan. “Pelanggan yang hanya memesan Rp 10.000 sangat jarang, karena mereka biasanya memesan nasi dengan sayur atau lauk tambahan,” kata Ida.

Situasi serupa juga ditemukan di warung makan lain di sekitar Gondangdia. Dengan Rp 10.000, pilihan menu yang tersedia sangat terbatas. “Di sini, Rp 10.000 paling dapat nasi dengan sayur atau tempe,” jelas penjaga warung. Pada waktu siang, misalnya, menu nasi dengan telur dan dua sayur ditawarkan dengan harga Rp 15.000. Jika ditambah es teh manis seharga Rp 5.000, total biaya untuk satu kali makan mencapai Rp 20.000. Dengan kata lain, di pusat kota Jakarta, uang sebesar Rp 10.000 masih dapat digunakan untuk satu kali makan, meskipun pilihan menu yang tersedia sangat terbatas dan hanya cukup untuk memenuhi perut sementara.

Menurut data terbaru, tren konsumsi di warung-warung sederhana seperti ini terus meningkat, terutama di kalangan pekerja kasar atau pengemudi ojek online yang memerlukan waktu istirahat singkat dengan biaya yang terjangkau. Studi kasus menunjukkan bahwa warung-warung ini menjadi tempat strategis bagi mereka yang ingin menghemat uang sambil memenuhi kebutuhan nutrisi minimal. Meskipun pilihan menu terbatas, keberadaan warung-warung ini menjadi jembatan bagi masyarakat untuk tetap memenuhi kebutuhan makan sehari-hari tanpa mengorbankan uang yang banyak.

Tidak ada kesimpulan yang jelas tanpa tindakan. Perbedaan dalam pilihan makan mengungkapkan realitas ekonomi yang kompleks di kota besar. Setiap keputusan untuk makan di warung sederhana bukan hanya tentang harga, tetapi juga tentang strategi untuk bertahan di tengah kesibukan dan keterbatasan keuangan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page