Keterangan Masalah Utama dalam Penyaluran KPR Menurut Purbaya

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan hasil pertemuan dengan Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera). Sesuai rencana, pertemuan ini dilaksanakan hari ini, Selasa (21/10/2025). Dalam acara tersebut, mereka membahas kendala yang dialami masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dalam membeli rumah, khususnya terkait dengan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Pada awalnya, data menunjukkan bahwa sebanyak 110 ribu calon pembeli rumah mengalami kesulitan dalam mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) karena kreditnya terhambat dan nama mereka tercantum dalam SLIK OJK. Namun, setelah diperiksa lebih lanjut, ternyata jumlah sebenarnya tidak mencapai angka tersebut. “Awalnya saya berjanji bahwa jika mereka clear, Kamis saya akan ke OJK untuk meminta penyelesaian. Namun setelah diverifikasi, jumlah yang sebenarnya tidak mencapai 110 ribu. Bahkan dari BTN, yang sudah clear hanya sekitar 3.000, dan itu pun di atas Rp 1 juta. Sedangkan yang di bawah Rp 1 juta jauh lebih sedikit,” kata Purbaya saat beralamat di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa (21/10/2025).

Setelah dilakukan pemeriksaan kembali, hanya ditemukan 100 calon pembeli yang memiliki masalah dengan SLIK OJK namun masih memenuhi syarat untuk mendapatkan KPR subsidi melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). “Dari 110 ribu, yang memang bisa lolos hanya 100 orang. Sehingga, penclear-an dari SLIK tidak akan memecahkan masalah permintaan perumahan yang ditangani BP Tapera dan Menteri Perumahan Ara,” jelasnya.

Menurut Purbaya, ada kesalahan dalam perhitungan sebelumnya yang menghubungkan seluruh masalah dengan SLIK OJK. “Ternyata ada faktor lain yang mempengaruhi. Juga, jumlah calon pembeli dengan nilai kredit di bawah Rp 1 juta tidak sebanyak yang diklaim sebelumnya,” tambahnya.

Selanjutnya, BP Tapera bersama para pengembang akan melakukan pendataan ulang untuk mengetahui kebutuhan rumah yang masih belum terpenuhi. Purbaya berharap permintaan perumahan terus meningkat hingga akhir tahun agar sektor konstruksi dan pertumbuhan ekonomi dapat didorong. “Tapera akan diskusi lagi dengan pengembang untuk menyisir kembali potensi permintaan yang belum dilayani. Saya berharap ada banyak pembeli baru hingga akhir tahun agar pembangunan bisa lebih cepat dan ekonomi tumbuh lebih pesat,” ucapnya.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Kendala pembelian rumah yang diperkirakan hanya terkait dengan SLIK OJK ternyata lebih kompleks. Hal ini menunjukkan bahwa masalah perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah tidak hanya berakibat pada satu faktor saja. Pendanaan ulang dan pendekatan yang holistik diperlukan untuk memastikan akses perumahan bagi semua lapisan masyarakat.

Kesimpulan:
Pemeriksaan ulang data tentang kemacetan KPR memberikan wawasan baru bahwa terdapat masalah lebih dalam di balik kendala pembiayaan perumahan. Dengan pendekatan yang lebih terstruktur, pemerintah dan pengembang dapat bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang masih belum terpenuhi. Inovasi dalam pendanaan dan kolaborasi antara berbagai pihak adalah kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lewat sektor konstruksi.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan