Apresiasi Pameran ‘Dinamika dalam Diam’ oleh Maestro Seni Rupa Fadli Zon

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, telah memimpin upacara pembukaan pameran seni rupa dengan judul “Dinamika dalam Diam” yang dilangsungkan di Balai Budaya Jakarta, Menteng. Dalam acara ini, karya-karya dua seniman terkemuka, Tulus Warsito dan Ar Soedarto, dipamerkan. Kedua seniman ini telah banyak berkarya di bidang seni rupa Indonesia dan dikenal dengan gaya yang istimewa serta pendekatan visual yang khas.

“Bahkan dalam kondisi yang diam, sesungguhnya masih terdapat dinamika,” ujar Fadli dalam keterangan tertulis, Rabu (22/10/2025). Menurutnya, pameran ini menggambarkan kedalaman pemikiran dan kekuatan visual dalam menyampaikan konsep ‘diam’ dan ‘dinamika’ dalam seni rupa. Ini menunjukkan pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam budaya.

Fadli menjelaskan bahwa pameran ini merupakan hasil gejolak pemikiran dua seniman yang berhasil diwujudkan dalam bentuk visual yang kuat, namun tetap menjaga hening dalam penyampaiannya. Karya-karya yang dipamerkan memang tampak tenang, tetapi di baliknya terdapat banyak gejolak yang dapat memberikan berbagai perspektif kepada pengamatnya. Ia menilai pameran ini sebagai bentuk refleksi mendalam atas perjalanan kreatif para seniman, yang tetap mampu menggugah dan bergerak dalam ruang batin penikmat.

Total 31 karya yang dipamerkan menunjukkan dinamika yang kuat, termasuk permainan warna, komposisi bentuk, eksplorasi simbol, dan kekuatan tema yang diangkat. “Diam dapat menjadi bentuk kepekaan, kekuatan, dan ketajaman rasa. Dalam diam, para seniman justru menemukan ruang yang luas untuk menggali nilai, menggugah perasaan, dan menyampaikan pesan melalui karyanya,” kata Fadli.

Ar Soedarto menyajikan beberapa karya seperti ‘Gunungan Aksoro Jowo’, ‘Looking Javanese Script’, dan ‘Bulan Biru’. Karya-karyanya mewakili aliran abstrak dengan unggahan simbol-simbol budaya lokal dan spiritual. Sebagai seniman yang aktif sejak era 1970-an, Ar Soedarto menggabungkan unsur tradisi seperti gunungan wayang, kaligrafi, serta aksara Jawa dengan teknik dan material kontemporer yang progresif, menghasilkan karya yang sarat makna dan estetik.

Sementara itu, Tulus Warsito, seorang Guru Besar di bidang Ilmu Politik, terkenal dengan karakter visualnya yang menonjol melalui permainan ilusi optik dan sapuan ekspresif. Dalam karya-karyanya seperti ‘Homage to Dali’, ‘Pohon Keluarga’, ‘Behind the Window’, dan ‘The Warrior’, Tulus menghadirkan dunia visual yang terbentuk dari gabungan antara realitas empiris, pengalaman pribadi, dan imajinasi yang terstruktur. Perjalanan artistiknya telah menyentuh berbagai belahan dunia, termasuk Pameran Kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat (KIAS, 1990), Biennale III Yogyakarta (1996), EXPOSIGN (2009), hingga Geoje International Art Festival di Korea Selatan (2021). Melalui karya-karyanya, Tulus menyajikan seni rupa sebagai bentuk pemikiran visual yang tajam dan reflektif.

Pameran ‘Dinamika dalam Diam’ dibuka untuk umum mulai hari ini (22/10/2025) hingga 29 Oktober 2025. Fadli menyampaikan bahwa Kemenbud menyambut baik pameran ini sebagai wadah edukasi dan apresiasi seni yang penting bagi masyarakat. “Pameran ini memberikan ruang bagi publik untuk mengenal sosok para seniman lebih dalam serta membuka wacana tentang pemikiran dan proses kreatif yang melandasi karya-karya para seniman Indonesia yang penuh makna dan inovasi,” ujar Fadli.

Fadli berharap pameran ini tidak hanya memperluas wawasan publik tentang proses kreatif para seniman, tetapi juga mempertegas kekayaan budaya Indonesia yang multikultural. “Sebagai negara dengan mega-diversity, Indonesia memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang sangat beragam. Pameran ini mempertegas keberagaman tersebut melalui karya seni yang mewakili berbagai perspektif dan identitas budaya. Hal ini sekaligus mengingatkan kita akan pentingnya menjaga, merawat, dan melestarikan warisan budaya sebagai bagian dari jati diri bangsa yang unik,” kata Fadli.

“Saya berharap pameran ini dapat menumbuhkan rasa cinta dan bangga masyarakat terhadap kekayaan budaya Indonesia, serta mendorong kesadaran kolektif untuk terus melestarikan dan mengembangkan warisan budaya bangsa demi generasi yang akan datang,” sambungnya.

Dalam pernyataan bersama, Ar Soedarto dan Tulus menjelaskan latar belakang pemilihan tema. Mereka mengungkapkan bahwa karya-karya yang dipamerkan meskipun tampak diam dalam bentuknya, namun dirancang untuk menghadirkan dinamika, baik dalam ruang, gerak, warna, maupun isu yang dibawa. “Tidak seperti patung kinetik yang secara fisik memang bergerak, karya-karya kami adalah karya statis yang ingin menghadirkan dinamika. Pilihan ini bukan perkara baik atau buruk, melainkan karena kami menyukai bentuk tersebut,” ungkap mereka.

“Diksi ‘diam’ atau ‘statis’ muncul karena perjalanan seni rupa kami sudah sedemikian jauh, sementara ‘dinamika’ adalah gejolak berkarya yang tidak bisa dihentikan,” sambungnya. Kedua seniman menegaskan bahwa diam bukan berarti pasif. Sebaliknya, diam adalah ruang kontemplatif yang tetap menggema dengan dinamika, refleksi, dan pencarian makna. ‘Dinamika dalam Diam’, lanjut mereka, adalah bentuk dari kesadaran akan proses berkesenian yang sudah begitu jauh ditempuh dan kini dituangkan menjadi ekspresi.

Pembukaan pameran ini dihadiri oleh berbagai tokoh seni dan budaya ternama Indonesia, termasuk Taufiq Ismail, Kepala Balai Budaya Jakarta Syahnagra Ismail, dan seniman Akbar Linggaprana. Dari Kemenbud, Staf Ahli Menteri Bidang Hukum dan Kebijakan Kebudayaan Masyithoh Annisa Ramadhani Alkatiri dan Direktur Pengembangan Budaya Digital Andi Syamsu Rijal turut hadir untuk mendukung acara ini.

Dengan pameran “Dinamika dalam Diam,” kita diundang untuk menikmati dan merasakan betapa kaya seni rupa Indonesia. Melalui karya-karya yang dipamerkan, kita dapat merasakan kombinasi antara tradisi dan modernitas, serta kecerdasan para seniman dalam menyampaikan pesan melalui karya mereka. Mari kita manfaatkan kesempatan ini untuk lebih memahami dan mengapresiasi budaya kami, serta menginspirasi generasi muda untuk terus mempertahankan dan mengembangkan warisan budaya yang kaya ini.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan