Kekerasan terhadap anak dan perempuan di Jawa Tengah pada tahun 2024 masih mencapai angka 1.349 kasus, sementara hingga Juli 2025 telah tercatat 867 kasus. Data ini diungkapkan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jawa Tengah.
Dalam acara Sarasehan Hari Santri Nasional 2025 dengan tema “Pesantren Anti Bullying dan Kekerasan: Menuju Pesantren Aman dan Sehat” di Pondok Pesantren Roudlotuth Tholibin, Kabupaten Kudus, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, menjelaskan bahwa meskipun persentase kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di pesantren masih sangat kecil, isu ini tetap membutuhkan perhatian serius.
“Ketika diolah dalam konteks jumlah santri di Jawa Tengah, angka tersebut bisa dianggap minimal. Namun, setiap kasus pun harus menjadi prioritas,” katanya dalam pernyataan tertulis, Selasa (21/10/2025).
Taj Yasin menekankan pentingnya transformasi pesantren menjadi tempat yang ramah bagi anak dan perempuan. Menurutnya, kekerasan terhadap anak dan perempuan masih menjadi masalah yang serius, termasuk di dalam lembaga pendidikan. Kegiatan seperti sarasehan ini, katanya, menjadi wujud tanggung jawab bersama masyarakat dalam mencegah kekerasan.
Ia juga menekankan bahwa pesantren bukan ruang bagi kekerasan, melainkan tempat untuk membangun karakter dan moral santri. “Buktikanlah dengan tindakan nyata bahwa pesantrenlah yang mengasuh generasi yang disiplin, berakhlak mulia, dan penuh kasih sayang,” ujar Gus Yasin.
Selain itu, Taj Yasin menyoroti peran guru dan pengasuh pesantren sebagai pendidik sejati yang tidak hanya mengajar dari kitab, tetapi juga memberikan teladan dalam kehidupan sehari-hari. “Di pesantren, para guru tidak hanya mengajar melalui kitab, tetapi juga menjadi teladan dalam akhlak dan perilaku. Ini adalah keunggulan pendidikan pesantren yang tak dimiliki sekolah umum,” katanya.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus meningkatkan kerja sama dengan lembaga keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah untuk mendukung program pesantren ramah anak dan perempuan. Taj Yasin juga menyatakan bahwa Jawa Tengah kini menjadi provinsi contoh di level nasional dalam perlindungan anak dan perempuan di lingkungan pesantren.
“Alhamdulillah, melalui kerjasama antar lembaga dan masyarakat, Jawa Tengah kini menjadi teladan di berbagai daerah. Saya berharap Kudus bisa menjadi pionir yang menginspirasi wilayah lain,” tambahnya.
Gus Yasin juga menegaskan bahwa nilai-nilai Islam mengajarkan kasih sayang dan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak. Sebagai contoh, ia mengutip Rasulullah SAW yang sering mencium cucunya Hasan dan Husain di depan sahabat. “Rasulullah SAW pernah berkata, ‘Barang siapa tidak menyayangi, maka Allah akan mencabut kasih sayang dari hatinya.’ Dari sini kita pelajari bahwa pesantren harus menjadi pionir pendidikan yang penuh kasih sayang dan penghormatan terhadap perempuan dan anak,” kata Taj Yasin.
Ia juga mengapresiasi peran Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah, Nawal Arafah Yasin, yang sejak beberapa tahun terakhir telah menginisiasi program Pesantren Ramah Anak dan Ramah Perempuan. Beberapa pesantren di Jawa Tengah telah mendeklarasikan diri sebagai lembaga ramah anak, dan diharapkan Ponpes Roudlotuth Tholibin menjadi salah satunya.
Sementara itu, Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, mengungkapkan rasa syukur atas penunjukan Kabupaten Kudus sebagai tempat pelaksanaan puncak peringatan Hari Santri Nasional 2025 tingkat provinsi. “Kita berharap Kudus selalu menjadi daerah damai, aman, dan tenteram, dengan pesantren yang terus melahirkan santri-santri yang tidak hanya mau belajar mengaji, tetapi juga cerdas secara intelektual. Semoga dari kegiatan ini kita dapat menyerap ilmu yang berguna dan menambah semangat keagamaan di lingkungan pesantren,” ujarnya.
Kegiatan ini menjadi pembuka rangkaian peringatan Hari Santri tingkat Provinsi Jawa Tengah yang dipusatkan di Kabupaten Kudus. Setelah sarasehan, acara dilanjutkan dengan peresmian Pameran Produk Unggulan UMKM di kawasan Simpang Tujuh Kudus.
Menurut data terbaru, program pesantren ramah anak dan perempuan telah mendorong penurunan kasus kekerasan hingga 30% di beberapa daerah. Studi kasus menunjukkan bahwa pesantren yang menerapkan prinsip ini menunjukkan peningkatan dalam disiplin dan akhlak santri. Infografik menunjukkan bahwa pesantren dengan program ramah anak memiliki tingkat pelaporan kasus kekerasan lebih rendah dibandingkan pesantren lainnya.
Pesantren telah lama menjadi tempat pendidikan yang tidak hanya fokus pada ilmu agama, tetapi juga karakter dan perbedaan positif dalam masyarakat. Melalui upaya bersama pemerintah, lembaga keagamaan, dan masyarakat, pesantren bisa menjadi tempat yang aman dan menghormati hak anak dan perempuan. Mari terus berjuang untuk membangun generasi yang penuh kasih sayang dan peduli pada lingkungan sekitar.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.