Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, seorang wanita berusia 40 tahun yang mengalami gangguan jiwa, identitasnya disembunyikan dengan huruf S, terpaksa dipasung dalam sebuah bangunan yang terbuat dari bambu dan berbentuk seperti kandang hewan. Langkah ini diambil oleh keluarga karena mereka merasa tidak mampu untuk mengobatinya dan khawatir ia akan membahayakan diri sendiri atau orang lain.
Menurut Deni, seorang pejabat dari Kesra Desa Tapos Kecamatan Tenjo, wanita tersebut sudah lama mengalami gangguan jiwa, tetapi kondisinya semakin memburuk. “Ia sering pergi ke mana saja tanpa memberitahu keluarganya dan terkadang mengambil pakaian yang dijemur milik orang lain,” katanya. Akibatnya, keluarga memilih untuk memasungnya agar lebih mudah と掌握。
Deni juga menambahkan bahwa wanita ini sudah dibawa untuk mendapatkan perawatan di berbagai tempat, termasuk Rumah Sakit Jiwa Marzuki Mahdi, tetapi kondisinya tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan. Keluarganya juga menerima obat dari tim kecamatan, tetapi upaya tersebut belum cukup untuk mengatasi masalahnya.
Wanita S, yang memiliki dua anak yang masih bersekolah di jenjang SMP dan SMA, telah dipisahkan dari keluarganya sejak enam bulan yang lalu. Suaminya bekerja sebagai buruh serabutan yang mendapatkan uang hanya ketika ada pekerjaan menebang kayu.
Sanjaya, Ketua RT setempat, menjelaskan bahwa wanita tersebut pernah dibawa ke rumah sakit bantuan relawan Tenaga Kesehatan dan Kesejahteraan Kecamatan (TKSK) Tenjo. Namun, keluarga memutuskan untuk tidak melanjutkan pengobatan karena keterbatasan dana. “Meski BPJS sudah ada, keluarga malah enggan membawa S ke rumah sakit karena biaya pengobatan,” ujarnya.
Kondisi wanita S semakin memburuk sejak dipasung. Sanjaya menjelaskan bahwa awalnya ia tidak agresif, tetapi sekarang ia bisa menjadi galak sewaktu-waktu. “Jika tidak dipasung, ia akan terus kabur dan tetapi memang sulit untuk dikelola,” tutupnya.
Sedangkan saat ini, terdapat sekitar 5 juta orang dengan gangguan jiwa di Indonesia, namun hanya sekitar 30 persen di antaranya yang menerima perawatan yang memadai. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan jiwa, keterbatasan dana, dan stigma sosial yang masih kuat.
Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya dukungan keluarga dan aksesibilitas perawatan untuk orang dengan gangguan jiwa. Tanpa bantuan yang tepat, mereka dapat mengalami isolasi dan perlakuan yang tidak layak, seperti yang dialami wanita S. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan jiwa dan memperbaiki sistem pendukung yang ada.
Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan empatik bagi mereka yang memerlukan bantuan. Dengan upaya bersama, kita bisa memastikan bahwa setiap orang mendapatkan perawatan dan dukungan yang seharusnya.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.