Unjuk Rasa Massa di Amerika Serikat Menentang Donald Trump Mengolakkan Kembalinya Bekas Presiden

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Dunia berita kembali menghadirkan rangkuman peristiwa global dalam waktu 24 jam terakhir. Edisi Senin, 20 Oktober 2025 ini berfokus pada beberapa peristiwa menonjol dari Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya.

Aksi protes besar-besaran “No Kings” terus berlangsung di berbagai kota besar sebagai bentuk penolakan warga terhadap Presiden Donald Trump. Lebih dari 2.600 demonstrasi telah diadakan, menunjukkan ketidakpuasan masyarakat terhadap keputusan-keputusan pemerintah yang dianggap melanggar prinsip demokrasi. Protes ini merupakan lanjutan dari aksi serupa pada bulan Juni dan memuat tuduhan terhadap tindakan-tindakan seperti pengejaran hukum terhadap musuh politik, operasi imigrasi agresif, serta pengiriman pasukan federal ke sejumlah kota. Peserta unjuk rasa menunjukkan spanduk dengan pesan seperti “Protes adalah bentuk patriotisme tertinggi” dan “Lawan fasisme.”

Sementara itu, Israel menghajamkan serangan udara ke Gaza dengan alasan Hamas melanggar gencatan senjata. Menurut Pejabat Pasukan Pertahanan Israel (IDF), grup tersebut melakukan serangan teror, termasuk peluncuran granat dan penembakan terhadap pasukan Israel di wilayah Rafah. IDF menuduh Hamas melakukan pelanggaran yang sengaja terhadap perjanjian damai dan berjanji akan merespon dengan tindakan keras.

Terkait kejadian lain, Museum Louvre di Paris menjadi sasaran pencuri yang mencuri perhiasan bernilai sejarah yang tak ternilai. Menurut laporan Le Parisien, para perampok masuk melalui sisi museum yang sedang dikonstruksi di tepi Sungai Seine. Menteri Dalam Negeri Prancis, Laurent Nunez, menjelaskan bahwa para pelaku tiba sekitar pukul 09.30 waktu setempat dengan menggunakan sepeda motor dan lift keranjang untuk memasuki jendela museum. Menteri Kebudayaan Prancis, Rachida Dati, mengungkapkan bahwa perampokan hanya berlangsung selama empat menit.

Bagi berita positif, Paus Leo XIV baru saja menganugerahkan gelar kanonisasi kepada Petrus ToRot, warga Papua Nugini pertama yang diangkat sebagai santo. ToRot dikenang sebagai pejuang monogami pada era di mana poligami masih umum di masa lalu. Warga Papua Nugini merayakan keputusan ini dengan antusias, dan banyak yang hadir dalam upacara kanonisasi. Giorgio Licini, pastor senior di Port Moresby, menyebutnya sebagai momen sejarah bagi negara yang baru mengenal agama Katolik kurang dari 150 tahun yang lalu.

Menghadapi peristiwa-peristiwa ini, dunia terus berubah dengan dinamika politik, keamanan, dan budaya yang saling berpengaruh. Setiap peristiwa mengajarkan kita tentang pentingnya demokrasi, keamanan, dan warisan budaya yang harus dilindungi.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan