Gencatan Senjata di Gaza: Pembaruan Terbaru dan Implikasi Terkini

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza telah dimulai, namun kini terancam putus. Israel masih menutup akses perbatasan Rafah dengan Mesir, dengan alasan bahwa HTTP://Gaza akan dibuka kembali setelah Hamas menyerahkan semua jenazah sandera yang masih ada di wilayah tersebut.

Perintah tersebut berasal dari Benjamin Netanyahu, perdana menteri Israel, yang menyatakan bahwa penyeberangan Rafah akan tetap tertutup hingga ada penerimaan lebih lanjut. Menurut pernyataanofficial yang dilansir AFP pada Minggu (19/10/2025), keputusan ini diambil berdasarkan penilaian terhadap pembebasan sandera, pengembalian jenazah korban, dan implementasi ketentuan gencatan senjata.

Sebelum ini, pada Sabtu (18/10), Kedutaan Palestina di Kairo mengumumkan bahwa penyeberangan Rafah akan dibuka kembali Senin (20/10) untuk memudahkan warga Palestina yang tinggal di Mesir kembali ke Gaza. Namun, pada Kamis (16/10), otoritas Israel menjelaskan bahwa pembukaan tersebut hanya untuk mobilitas manusia, tidak termasuk bantuan kemanusiaan.

Tentara Israel menguasai sisi Palestina di perlintasan Rafah sejak 7 Mei tahun lalu, dengan alasan bahwa fasilitas tersebut digunakan untuk kegiatan teroris dan penyelundupan senjata. Akibatnya, semua akses ke penyeberangan tersebut ditangguhkan, termasuk bagi personel PBB. Penyeberangan ini sempat dibuka pada 19 Januari 2025 saat gencatan senjata sebelumnya.

Pada Sabtu malam, Brigade Ezzedine Al-Qassam, sayap militer Hamas, menyerahkan dua jenazah sandera ke Israel. Kantor Perdana Menteri Israel mengumumkan bahwa jenazah tersebut akan diidentifikasi. Isu pengembalian jenazah sandera menjadi poin kritis dalam gencatan senjata saat ini. Hamas mengaku membutuhkan waktu dan bantuan teknis untuk mengambil jenazah yang tersisa di bawah reruntuhan Gaza, yang menyebabkan Israel menutup penyeberangan Rafah hingga ada surat perintah lebih lanjut.

Hingga saat ini, Hamas telah membebaskan 20 sandera yang masih hidup dan 12 jenazah, termasuk dua yang belum diidentifikasi. Sebagai balasan, Israel telah melepaskan 2.000 tahanan Palestina dan 135 jenazah warga Palestina sejak gencatan senjata dimulai pada 10 Oktober.

Namun, gencatan senjata ini terancam berakhir karena Israel melakukan serangan udara dan artileri di Rafah hari ini. Menurut Reuters (19/10/2025), serangan tersebut menghancurkan terowongan dan bangunan militer, yang dilakukan setelah Israel menuduh Hamas melanggar perjanjian gencatan senjata. Saksi mata melaporkan ledakan dan tembakan di Rafah, sementara petugas medis di Rumah Sakit Al-Aqsa menyatakan adanya tembakan tank di Abassan, serangan udara di Zawayda, dan ledakan di Deir Al-Balah, yang menewaskan minimal lima orang. Kementerian Kesehatan Gaza menambahkan bahwa serangan Israel telah menewaskan sedikitnya delapan orang dalam 24 jam terakhir.

Sebuah pejabat militer Israel sebelumnya mengaku bahwa Hamas melakukan beberapa serangan terhadap pasukan Israel di Gaza, termasuk serangan granat berpeluncur roket dan penembakan jitu terhadap tentara Israel. Pejabat tersebut menyebut dua insiden tersebut sebagai pelanggaran gencatan senjata yang berani.

Menteri Pertahanan Israel, Katz, menyatakan bahwa garis penarikan pasukan Israel akan ditandai secara fisik, dan setiap pelanggaran gencatan senjata atau upaya untuk melewati garis tersebut akan dibalas dengan tembakan. Sementara itu, Hamas menegaskan bahwa mereka tetap mematuhi perjanjian gencatan senjata dan tidak menyadari adanya pertempuran di Rafah, karena wilayah tersebut sudah di bawah kendali Israel sejak perang kembali meletus pada Maret 2025.

Gencatan senjata saat ini menjadi titik balik dalam konflik Gaza, menampilkan kompleksitas diplomasi antara Israel dan Hamas. Akankah kesepakatan ini dapat bertahan atau akan kembali ke kekerasan? Setiap langkah menjadi penting dalam mencari damai yang tahan lama.

Data Riset Terbaru:
Sebuah laporan terbaru dari PBB menunjukkan bahwa lebih dari 30.000 korban jiwa telah jatuh sejak awal konflik di Gaza. Hal ini menggarisbawahi pentingnya perjanjian gencatan senjata untuk memberikan waktu bagi bantuan kemanusiaan dan perundingan perdamaian yang lebih mendalam.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Konflik di Gaza memang rumit, namun inti masalahnya adalah ketidakpercayaan antara kedua belah pihak. Upaya gencatan senjata harus didukung oleh komitmen nyata untuk menghentikan kekerasan dan memastikan bantuan kemanusiaan dapat mengalir secara bebas.

Kesimpulan:
Setiap perjanjian damai adalah langkah kecil menuju harapan yang lebih besar. Meskipun tantangan masih ada, peluang untuk perdamaian harus dioptimalkan. Mari dukung upaya-upaya yang mendorong kebahagiaan dan stabilitas di Gaza.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan