65 Juta Warga Indonesia Dibayangi Risiko Hipertensi yang Memicu Gagal Ginjal pada Usia Muda

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Indonesia menghadapi tantangan serius dengan 65 juta warga yang diperkirakan menderita hipertensi menurut survei kesehatan nasional 2023. Namun, hanya 18,5 juta di antaranya telah terdeteksi, karena sebagian besar masyarakat tidak sadar atau tidak melakukan pemeriksaan rutin tekanan darah.

Dr. Siti Nadia Tarmizi, Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes, menegaskan bahwa selisih ini perlu ditutup melalui Program Cek Kesehatan Gratis (CKG). “Dari data CKG, prevalensi hipertensi sebanding dengan SKI, sehingga kemungkinan 65 juta warga benar-benar terpengaruh, padahal hanya 18,5 juta yang sudah diketahui,” kata dr. Nadia dalam suatu diskusi di Jakarta Pusat, Senin (20/10/2025).

“Targetnya, tahun depan lebih dari 100 juta dapat skrining, dan hingga akhir tahun ini mungkin bisa mencapai 60-65 juta,” tambahnya.

Walaupun deteksi kasus hipertensi melalui CKG tinggi, pelaksanaan pengobatan masih rendah. Di beberapa kota besar, misalnya, Puskesmas Kembangan di Jakarta mencatat 337 pasien, tetapi hanya 48 yang aktif dalam pengobatan, dengan 22 kasus yang terkendali. “Tren serupa di Jakarta, Surabaya, dan Semarang, dengan selisih besar antara diagnosa dan pengobatan. Di Surabaya, hanya Puskesmas Sidosermo yang lebih baik,” jelasnya. Di sana, 693 pasien terdaftar, dan semua sudah dalam pengobatan, dengan 651 pasien kondisinya terkendali.

Masyarakat masih menghadapi kendala karena adanya hoax. Banyak yang tak berobat karena khawatir hipertensi akan merusak ginjal. Padahal, dr. Nadia menyebutkan, “Hipertensi sendiri yang menyebabkan kerusakan ginjal. Sehingga, 40-60% pasien tidak kembali untuk pengobatan.”

Hipertensi juga merupakan penyebab utama stroke dan gagal ginjal. Dr. dr Ari Dwi Aryani MKM, Deputi Direksi BPJS Kesehatan, mengungkapkan biaya pengobatan akibat diabetes dan hipertensi mencapai Rp 35,3 triliun tahun 2024. “Kedua penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi seperti stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal,” katanya setelah talkshow. “Pasien dengan masalah jantung atau cuci darah semakin banyak.”

Terjadi pula pergeseran usia pasien, dari sebelumnya di atas 50 tahun menjadi usia 30-40 tahun. Namun, peningkatan kasus tidak selalu berarti tambahan pasien baru, melainkan lebih banyak yang sekarang dapat akses pengobatan melalui BPJS Kesehatan.

Hipertensi tidak hanya merogoh kantong, tetapi juga mengancam kualitas hidup. Jaga kesehatanmu sekarang, sebelum kondisi menjadi parah.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan