UMKM Kreatif Mengubah 145 Ton Sampah menjadi Furniture Artistik di TEI 2025

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di Kota Jakarta, sampah sering dianggap sebagai barang tak bernilai dan bahkan dianggap mengganggu lingkungan. Namun, bagi pihak yang kreatif, sampah dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk produk bernilai tinggi yang bahkan dapat dipasarkan ke luar negeri. Ini yang dilakukan oleh Robries Syukriyatun Niamah dan Lumosh Raymond Tjiadi.

Robries didirikan pada tahun 2018 dengan tujuan mengubah sampah botol plastik menjadi furnitur yang estetis. Inisiatif ini dilakukan sebagai upaya pelestarian lingkungan. Namun, memasarkan produk daur ulang seperti ini pun tidak luput dari tantangan. Produk yang terbuat dari sampah botol plastik masih dianggap unik oleh masyarakat, sehingga edukasi kepada konsumen menjadi penting.

Menurut Syukriyatun, salah satu tantangan utama adalah ketersediaan bahan baku yang konsisten. Sampah tutup botol plastik sebagai bahan dasar memiliki keberadaan yang tidak pasti, tetapi pihak Robries terus berupaya untuk memastikan kualitas produk tetap terjaga. Sejak berdirinya hingga saat ini, perusahaan telah memproduksi lebih dari 25.000 produk dan mengolah sekitar 145 ton sampah plastik.

Produk Robries tidak hanya populer di pasar lokal, namun juga telah berhasil merambat ke negara seperti Singapura, Malaysia, dan Uni Eropa. Hal ini didukung oleh Indonesia Design Development Center (IDDC) Kementerian Perdagangan, yang membantu UMKM dalam mengembangkan produk mereka agar lebih menarik bagi pasar global.

TEI 2025, pameran internasional yang diikuti oleh 8.045 pembeli dari 130 negara, menjadi wadah bagi UMKM untuk mendapatkan akses ke pasar luar negeri. IDDC memberikan bimbingan dan dukungan untuk mengemas produk secara profesional. Robries bahkan berhasil meraih penghargaan Best Design Indonesia dan Good Design Award Japan, yang membantu merebut pasar ekspor.

Lumosh, perusahaan yang menggunakan limbah keramik sebagai bahan utama, juga mendapati manfaat dari IDDC. Lewat limbah keramik, mereka berhasil membuat produk seperti piring, gelas, dan perabot rumah tangga dengan desain artistik. Raymond Tjiadi, Co-Founder Lumosh, menjelaskan bahwa IDDC tidak hanya memberikan riset dan konsultasi, tetapi juga membantu menentukan pasar global yang tepat.

Melalui bimbingan IDDC, Lumosh dapat memasuki pasar Amerika Serikat dengan produk peralatan meja (tableware). TEI 2025 juga menjadi wadah bagi mereka untuk bertemu dengan pembeli serius, terutama dari Timur Tengah.

Inovasi dalam pengolahan sampah sebagai produk bernilai bukan hanya membantu lingkungan, tetapi juga membuka peluang bisnis yang luas. Dengan dukungan dari lembaga seperti IDDC, UMKM dapat berkembang dan bersaing di tingkat global. Kreativitas dan komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan menjadi kunci kesuksesan dalam bisnis modern.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan