Antrean Panjang untuk Rendang IKM di Tokyo, Pengunjung Sabar Menunggu Hingga 2 Jam

Di Tokyo, aroma rendang yang kuat menjadi ciri khas di sekitar Yoyogi Park, tempat pelaksanaan Indonesia-Japan Friendship Festival (IJFF) 2025. Dari kejauhan, terlihat barisan panjang pengunjung yang menunggu giliran mereka untuk menikmati rendang yang disaji oleh Marandang Dunia, yang diinisiasi oleh Ikatan Keluarga Minangkabau (IKM).

Antrean sudah terbentuk sejak siang dan terus bertambah hingga sore. Beberapa pengunjung, baik warga Indonesia di Jepang maupun lokal, bersedia menanti hingga dua jam untuk mendapatkan hidangan rendang yang dimasak langsung di lokasi. Salah satu pengunjung bahkan berbagi momen antrean tersebut di Instagram Story. Akun @tirasundara menulis, “ngantri ~1.5 jam demi nasi rendang,” diiringi foto mereka berpose di depan panggung IJFF 2025. Similarly, @naufalazzaahid juga membagikan ungapan serupa, menandakan betapa populer kuliner Minangkabau ini.

Proses memasak rendang sebanyak 200 kilogram dilakukan oleh tim IKM bersama Chef Dian Anugrah, yang dikenal sebagai Uda Dian Minangkabau Chef. Mereka menggunakan satu kuali raksasa, dan proses memasak berlangsung lebih dari delapan jam dengan bumbu tradisional Minang yang dibawa langsung dari Indonesia. Saat sudah matang, aroma santan dan rempahnya langsung menyebar luas, menarik perhatian banyak pengunjung.

Ketua Umum IKM, Andre Rosiade, menyatakan bahwa antusiasme pengunjung menjadi bukti bahwa rendang benar-benar layak dijuluki sebagai salah satu makanan terenak di dunia. “Kami tidak sanggup menebak betapa besar antusiasme ini. Banyak pengunjung bersedia antre lama hanya untuk merasakan rendang yang dimasak bersama oleh perantau Minang di Jepang,” ujar Andre.

Andre juga menggaris bawahi bahwa kegiatan Marandang Dunia bukan hanya tentang memasak, melainkan juga sebagai bentuk promosi budaya dan diplomasi kuliner Indonesia. “Melalui rendang, kita memperkenalkan Indonesia dengan cara paling hangat dan universal: melalui makanan. Ini juga ajang kebersamaan bagi masyarakat Indonesia di perantauan,” tambahnya.

Kegiatan ini juga berhasil mencatatkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai “Masak Rendang Terbanyak di Luar Negeri.” Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Direktur Utama MURI, Aylawati Sarwono, kepada Andre Rosiade dan istrinya, Nurul Anastasia, di hadapan ribuan pengunjung festival.

Beberapa warga Jepang yang mencicipi rendang untuk pertama kalinya tampak terkesan. “Delicious! So rich and spicy,” ujar salah satu pengunjung Jepang sambil tersenyum. Rendang disajikan langsung oleh panitia di bawah tenda bertuliskan Pesona Minang: Minang Japang Baralek Gadang. Setiap porsinya disajikan dengan nasi hangat dan sambal lado hijau, membuat suasana semakin ramai di tengah udara dingin Tokyo.

Festival dua hari ini menjadi ajang unjuk kebanggaan budaya dan kuliner Indonesia di Jepang. Selain rendang, pengunjung juga menikmati pertunjukan tari tradisional Minang, fashion show busana adat, dan berbagai jajanan nusantara yang disiapkan oleh komunitas Indonesia di Tokyo.

Rendang, dengan cita rasa yang kaya dan rempah-rempahnya yang kuat, telah menjadi jembatan budaya yang kuat. Festival ini tidak hanya menghadirkan pengalaman kuliner yang menyenangkan, tetapi juga mengukir nama Indonesia sebagai tuan rumah yang ramah dan kaya akan tradisi. Tidak hanya itu, acara ini juga menginspirasi banyak orang untuk lebih mengenal dan menghargai kekayaan budaya Indonesia. Saat kami menyaksikan antusiasme para pengunjung, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, terlihat bahwa makanan sebagaimana rendang telah menjadi simbol persatuan dan kebanggaan.

Baca juga Berita lainnya di News Page