Tren Kenaikan Kasus COVID-19 Menurut Dinkes DKI

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta membenarkan adanya peningkatan laporan kasus batuk dan pilek belakangan ini, namun memastikan bahwa kondisi tersebut tidak terkait dengan peningkatan kasus COVID-19. Berdasarkan data pemantauan selama periode Januari hingga Oktober 2025, jumlah kasus positif COVID-19 sebenarnya menunjukkan penurunan yang signifikan.

Menurut Kepala Dinkes DKI, Ani Ruspitawati, kasus COVID-19 paling tinggi terjadi pada Januari 2025 dengan total 25 kasus, kemudian mengalami penurunan pada bulan-bulan berikutnya. Ada peningkatan kecil pada Juni (18 kasus) dan Juli (14 kasus), tetapi setelah itu tren kasus terus menurun. Pada Agustus, hanya tercatat 10 kasus, turun menjadi 3 kasus pada September, dan tidak ditemukan kasus baru selama periode 1-7 Oktober 2025.

Angka positivity rate juga menunjukkan kondisi yang aman, berkisar antara 0,43 persen hingga 4,65 persen, bahkan menurun dalam dua bulan terakhir. Angka ini masih jauh di bawah batas aman WHO sebesar 5 persen, yang menunjukkan bahwa penularan COVID-19 di Jakarta masih dapat dikendalikan dan ditangani oleh fasilitas kesehatan. Dinkes DKI menegaskan bahwa keluhan batuk, pilek, atau flu yang tidak kunjung sembuh kemungkinan disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan akibat perubahan cuaca, polusi udara, atau penurunan daya tahan tubuh, bukan oleh virus COVID-19. Ani juga menekankan bahwa gejala flu yang berulang sering muncul pada masa peralihan musim dan bukan indikasi adanya lonjakan kasus COVID-19 baru.

Walaupun kasus COVID-19 terkendali, Dinkes DKI menyadari pentingnya untuk tetap waspada terhadap berbagai penyakit menular yang menyerang saluran pernapasan. Sebagai upaya pencegahan, masyarakat dihimbau untuk meningkatkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti mencuci tangan dengan sabun secara rutin, menggunakan masker saat berada di kerumunan atau transportasi umum, menghindari paparan asap rokok, mengonsumsi makanan bergizi, tidur cukup, dan berolahraga teratur. Jika mengalami gejala pernapasan berkepanjangan, segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Ani menegaskan bahwa pihak Dinkes terus menjaga transparansi data dan edukasi kesehatan masyarakat, serta berpegang pada pendekatan berbasis data untuk memastikan setiap kebijakan diarahkan pada perlindungan kesehatan warga.

Selain itu, Dinas Kesehatan DKI mencatat tren peningkatan penyakit dengan gejala mirip COVID-19, seperti batuk yang tidak sembuh. Sementara itu, COVID-19 justru mengalami penurunan. Maka, apa penyakit yang mulai ngegas saat ini?

Menurut riset terbaru dari Lembaga Kesehatan Dunia (WHO), polusi udara menjadi salah satu penyebab utama peningkatan kasus penyakit pernapasan di kota-kota besar. Studi menunjukkan bahwa partikel halus PM2.5 dapat merusak saluran pernapasan dan meningkatkan risiko infeksi. Selain itu, perubahan cuaca yang ekstrim juga mempengaruhi daya tahan tubuh dan meningkatkan keberadaan virus flu musim dingin.

Sebagai contoh praktis, dalam satu studi yang dilakukan di kota-kota dengan tingkat polusi tinggi, ditemukan bahwa kasus bronchitis kronis meningkat hingga 30 persen selama musim hujan. Hal ini menunjukkan pentingnya mengedepankan kebersihan udara dan lingkungan dalam upaya pencegahan penyakit pernapasan.

Jaga kesehatanmu dengan mengikuti panduan Dinkes DKI. Hindari polusi dan cuaca buruk dengan menggunakan masker, menjaga imunitas, dan segera periksa jika gejala tidak mengganggu. Kesempatan untuk menjaga kesehatan mulai dari pola hidup dan lingkungan sekitar. Mulailah dari sekarang!

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan