RI Berusaha Menjaga Harmoni Hubungan dengan Negara yang Sedang Melakukan Perang Dagang

Pemerintah Republik Indonesia tetap mengutamakan untuk mempertahankan hubungan harmonis dengan berbagai negara, termasuk negara-negara yang terlibat dalam konflik perdagangan. Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti Widya Putri, mengungkapkan bahwa upaya ini merupakan bagian dari rencana strategis untuk mempertahankan dan mengembangkan sektor ekspor.

Pemerintah sadar akan tantangan geopolitik yang terus berimbas pada perdagangan global, termasuk di Indonesia. Namun, negara ini tetap terbuka untuk kerjasama dan dialog dalam mencari solusi di tengah ketidakpastian global.

“Kita harus tetapικός dalam mengembangkan pasar dan menjalin hubungan dekat dengan berbagai negara, meskipun beberapa negara sedang saling bersengketa. Namun, kita selalu upayakan hubungan positif dengan negara-negara besar yang ada,” ujarnya dalam Forum Bisnis Ekspor di Era Ketidakpastian: Melindungi Pelaku Usaha Kecil Menengah dari Risiko Perdagangan, di Trade Expo Indonesia (TEI) di ICE BSD, Tangerang, Kamis (16/10/2025).

Meskipun demikian, menurut data, ekonomi Indonesia tetap stabil di tengah gelombang ketidakpastian global. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2025 mencapai 5,12 persen, naik dibandingkan dengan pertumbuhan 4,04 persen pada kuartal sebelumnya.

“Perekonomian global tahun ini terbukti lebih kuat dari perkiraan, terutama didukung oleh peningkatan produksi dan investasi, khususnya di sektor teknologi seperti kecerdasan buatan dan inovasi digital,” tambahnya.

Dalam upaya meningkatkan ekonomi, ekspor menjadi salah satu pilar penting untuk mencapai target pertumbuhan. Tidak hanya produk besar, pemerintah juga mendorong UMKM untuk meraih pasar internasional.

“Pemerintah saat ini telah menerapkan deregulasi komprehensif, termasuk peningkatan peringkat investasi, peningkatan sistem perizinan, serta pengembangan digitalisasi perdagangan dan layanan perdagangan digital,” tutupnya.

Untuk informasi, saat ini ketegangan perang dagang semakin memanas antara Amerika Serikat dan China. Kedua negara besar ini saat ini saling menambah tarif dan melarang ekspor untuk mempengaruhi pertumbuhan ekonomi satu sama lain.

Saat ini, tren global menunjukkan bahwa negara-negara berkembang seperti Indonesia harus lebih strategis dalam menangani risiko perdagangan. Studi terkini menunjukkan bahwa diversifikasi pasar ekspor dapat mengurangi dampak ketidakpastian geopolitik. Sebagai contoh, negara-negara di Asia Tenggara yang berhasil diversifikasi ekspornya mengalami kenaikan rata-rata 7 persen dalam sektornya.

Keberhasilan UMKM dalam menembus pasar global juga ditunjang oleh dukungan teknologi. Data 2025 menunjukkan bahwa bisnis kecil yang menggunakan e-commerce mengalami pertumbuhan dua kali lipat dibandingkan yang tidak. Hal ini menunjukkan pentingnya digitalisasi dalam memperluas jangkauan pasar.

Dalam upaya memperkuat ekonomi, kolaborasi antara pemerintah dan pelaku bisnis menjadi kunci. Strategi ini tidak hanya meningkatkan daya saing, tetapi juga memastikan stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian global. Berbicara tentang inovasi dan kerjasama, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama di panggung perdagangan dunia.

Ketika kita melihat potensi Indonesia, baik dalam sektor teknologi maupun UMKM, ada banyak peluang untuk berkembang meskipun tantanganstill ada. Dengan strategi yang tepat, kerjasama yang kuat, dan pengembangan pasar yang luas, Indonesia dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam menghadapi era perdagangan yang tidak menentu.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page