Kota Tasikmalaya Peluncur Penerapan Pesantren Ramah Anak

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pemerintah Kota Tasikmalaya merilis program Pesantren Ramah Anak (PRA) di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Gandok pada hari Kamis, 16 Oktober 2025. Inisiatif ini menjadi awal dari upaya menciptakan lingkungan belajar yang selamat dari kekerasan dan perundungan bagi santri.

Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi Ramadhan, menekankan bahwa PRA bukan hanya acara formal, melainkan upaya bersama untuk membangun lingkungan pendidikan yang aman dan berkeadilan. “Pesantren harus menjadi tempat tempat anak-anak bisa bersekolah dengan senang hati dan yakin diri tanpa menghadapi kekerasan,” kata dia.

Program ini juga menjadi bagian dari usaha Pemkot untuk merealisasikan Kota Layak Anak. “Melindungi anak adalah tanggung jawab bersama yang melibatkan pemerintah, lembaga pendidikan, Kemenag, dan masyarakat,” tambahnya.

Ahmad Nusa Toriq, SPdI, sebagai ketua panitia, menggunakan beberapa langkah dukungan untuk PRA, seperti buat pedoman pengasuhan ramah anak, menerapkan disiplin positif, dan membuat sistem pelaporan kekerasan melalui aplikasi. “Alhamdulillah, kebahagiaan santri meningkat. Kami harapkan dukungan pemerintah terus berlanjut untuk menjalankan program ini secara berkelanjutan,” katanya.

Kegiatan juga diisi dengan seminar tentang “Menciptakan Pesantren dan Madrasah Anak dengan Zero Bullying”, dengan Prof Dr Mubiar Agustin MPd sebagai penceramah dan Asep M Tamam sebagai moderator. Acara ditutup dengan penandatanganan komitmen bersama pelaksanaan PRA dan penyerahan buku pedoman Pesantren Ramah Anak dari pondok ke Wali Kota Tasikmalaya.

Selain itu, data terbaru menunjukkan bahwa program seperti PRA berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melindungi anak dari kekerasan. Studi kasus di beberapa pesantren di Jawa Barat menunjukkan peningkatan indeks kebahagiaan santri hingga 30% setelah penerapan program serupa.

Keberhasilan ini tidak hanya terlihat dari angka, tetapi juga dari perubahan sikap masyarakat yang lebih proaktif dalam melaporkan kasus kekerasan. Infografis yang dilampirkan menunjukkan bahwa 70% santri merasa lebih aman setelah adanya sistem pelaporan online.

Pada masa depan, harapkan akan ada lebih banyak inisiatif serupa yang dapat diadaptasi oleh pesantren lainnya. Keberanian untuk berubah dan berkomitmen terhadap kebahagiaan anak adalah langkah penting dalam membangun generasi yang lebih baik.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan